Fana Dunia: Sekejap Mata, Yang Lalu Tak Kembali, Yang Akan Datang Tak Tertentu"

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 1
  • Dibaca 728 Kali
Kajian kitab Mukasyafatul Qulub di Masjid Al Istiqomah dusun Tegal Desa Jagaraga Kuripan

قال بعض الحكماء :  الدنيا وقتك الذي يرجع إليك فيه طرفك لأن ما مضى عنك فقد فاتك إدراكه وما لم يأت فلا علم لك به. ( مكاشفة القلوب : ١١٨) 

Ahli hikmah berkata dunia adalah waktu sekejap matamu, karena apa yang berlalu darimu tidak dapat engkau jangkau lagi, sedangkan apa yang belum terjadi tidak engkau ketahui. 

Sifat dunia : 

 Pertama, Dunia sekejap mata

Betapa singkat dan cepatnya kehidupan dunia jika dibandingkan dengan akhirat. Waktu di dunia berlalu begitu cepat, seperti kedipan mata yang hampir tak terasa.

Dunia sering digambarkan dalam Islam sebagai sesuatu yang sementara dan sekejap, seperti halnya sebuah ilusi yang cepat berlalu. 

Allah berfirman dalam Al-Qur'an tentang kefanaan dunia:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."(QS. Al-Hadid: 20)

Rasulullah SAW bersabda : 

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau musafir.” (HR. Bukhari)

Hadis lain yang menyiratkan kefanaan dunia adalah:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Hadis ini menekankan bahwa dunia, dengan segala keterbatasannya, adalah tempat ujian bagi orang beriman, sedangkan bagi mereka yang tidak beriman, dunia mungkin tampak seperti surga, namun akhiratlah tempat pertanggungjawaban yang sesungguhnya.

Intinya, dunia hanyalah sekejap mata, ibarat sesuatu yang berlalu tak akan kembali. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk tidak terjebak dalam tipu daya dunia dan lebih berfokus pada bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Caranya dengan Mengisi dunia dengan amal saleh dalam pekerjaan apapun dapat dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai agama dalam aktivitas sehari-hari. 

Kedua, Apa yang telah berlalu tak akan pernah bisa terulang. 

Setiap detik yang telah lewat adalah bagian dari sejarah hidup kita, yang harus kita jadikan pelajaran dan bahan refleksi. Penyesalan atas masa lalu hanya akan membuat kita kehilangan lebih banyak waktu, sedangkan mengambil hikmah dari masa lalu akan membantu kita mempersiapkan masa depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, marilah kita menghargai setiap momen yang ada dan selalu berusaha untuk menggunakan waktu dengan bijak, karena waktu adalah nikmat yang paling berharga dan tak tergantikan.

Apa yang sudah berlalu tak akan bisa diulang, namun ia bisa menjadi pelajaran berharga untuk masa depan. Masa lalu adalah cermin bagi kita untuk memahami kesalahan, kegagalan, dan keberhasilan yang telah terjadi. Dari sana, kita bisa memperbaiki diri dan mengambil hikmah untuk masa depan. Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُو۟لَـٰئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan bagi penghuni neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 179)

Ayat ini mengajarkan bahwa kegagalan untuk belajar dari pengalaman masa lalu akan membawa manusia kepada kebinasaan. Mereka yang tidak menggunakan akal dan hati untuk memahami pelajaran dari masa lalu termasuk orang-orang yang lalai. Oleh karena itu, masa lalu bukan untuk disesali, tetapi untuk diambil pelajarannya.

Ketiga, Apa yang belum terjadi kau tak akan pernah tau

Ketidaktahuan manusia akan masa depan dan apa yang belum terjadi adalah bagian dari keterbatasan manusiawi. Dalam Islam, Allah menegaskan bahwa hanya Dia yang mengetahui segala hal yang ghaib, termasuk apa yang akan terjadi di masa depan. firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًۭا وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ بِأَىِّ أَرْضٍۢ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ

"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Luqman: 34)

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan pasti tentang apa yang akan terjadi esok hari, baik dalam hal rezeki, kehidupan, maupun kejadian-kejadian yang lain. Hanya Allah yang mengetahui hal-hal ghaib dan masa depan.

Contoh Kehidupan

1. Kondisi Rezeki di Masa Depan

Seorang pedagang yang hari ini mengalami penjualan yang baik tidak bisa memastikan apakah besok usahanya akan sama baiknya atau lebih buruk. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, hasilnya tetap berada di luar kendali manusia dan merupakan bagian dari rahasia Allah

2. Kesehatan dan Kehidupan

Seseorang yang hari ini sehat tidak tahu apakah esok hari ia akan tetap sehat atau jatuh sakit. Begitu pula, manusia tidak mengetahui kapan ajalnya akan tiba. Ini juga diingatkan dalam firman Allah:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةًۭ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Dan tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (ajal); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A'raf: 34)

Keterbatasan pengetahuan manusia bukanlah kekurangan, melainkan bagian dari hikmah besar yang diberikan Allah SWT. Ia menjadi ujian keimanan, pembelajaran tentang tawakal, serta motivasi untuk terus mencari ilmu dengan rendah hati. Dengan keterbatasan ini, manusia diingatkan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki pengetahuan sempurna dan tidak terbatas, sehingga kita harus selalu memohon petunjuk kepada-Nya dalam segala urusan.