Hakikat Harta, Keluarga, dan Amal dalam Kehidupan Akhirat

Kajian kitab Mukasyafatul qulub halaman 140 - 141 di masjid dusun semper batu jangkih loteng.
Hakikat Harta, Keluarga, dan Amal dalam Kehidupan Akhirat
وقال صلى الله عليه وسلام أخلاء ابن آدم ثلاثة. واحد يتبعه إلى قبض روحه والثانى إلى قبره والثالث إلى محشره والذي يتبعه إلى قبض روحه فهو ماله والذي يتبعه إلى قبره فهو أهله والذي يتبعه إلى محشره فهو عمله.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Para sahabat manusia ada tiga. Satu yang menemaninya hingga ruhnya dicabut, yang kedua sampai ke kuburnya, dan yang ketiga hingga ke akhirat. Yang menemaninya hingga dicabut nyawanya adalah hartanya, yang menemaninya sampai ke kuburnya adalah keluarganya, dan yang menemaninya sampai ke akhirat adalah amal perbuatannya.”
Dalam sabda ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang tiga hal yang menyertai manusia sepanjang hidupnya, namun dengan tingkat keabadian yang berbeda. Sabda ini memberikan pelajaran berharga tentang prioritas dalam hidup dan pengertian mendalam mengenai hal-hal yang benar-benar bermanfaat di akhirat.
1. Harta yang Mengikuti Hingga Ajal
Harta benda adalah sesuatu yang sering menjadi perhatian utama dalam kehidupan dunia. Banyak orang bekerja keras dan berjuang demi memiliki harta yang melimpah. Namun, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa harta hanya menemani seseorang hingga ruhnya dicabut. Setelah itu, harta tersebut tidak bisa menemaninya ke alam kubur atau akhirat. Rasulullah mengingatkan kita untuk tidak berlebihan dalam mengejar harta karena kebermanfaatannya sangat terbatas. Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman:
> "وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ"
“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah mereka kabar gembira dengan azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)
Harta sebaiknya dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, misalnya dengan bersedekah dan membantu sesama. Dengan cara ini, harta yang kita miliki dapat menjadi amal kebaikan yang akan terus kita nikmati pahalanya, meskipun kita sudah tiada.
2. Keluarga yang Mengantar Hingga Kubur
Keluarga adalah bagian penting dalam hidup manusia yang memberikan cinta, dukungan, dan kebersamaan. Namun, Nabi mengingatkan bahwa keluarga hanya bisa menemani hingga kuburan saja. Meskipun mereka ikut mengantar hingga proses pemakaman, mereka tidak bisa mendampingi lebih jauh di alam kubur dan akhirat.
Ayat Al-Qur’an juga menyinggung hal ini:
> "يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ"
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya.” (QS. ‘Abasa: 34-35)
Keluarga tidak bisa membantu atau meringankan beban amal buruk yang dibawa oleh seseorang. Oleh karena itu, perhatian terhadap keluarga perlu diiringi dengan dorongan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, karena hanya amal baik yang kelak menemani hingga akhirat.
3. Amal yang Menemani Hingga Akhirat
Amal perbuatan adalah satu-satunya hal yang menemani manusia hingga ke hari kebangkitan. Amal baik menjadi teman setia yang akan membantu meringankan beban di alam akhirat, sementara amal buruk bisa menjadi musuh yang justru memberatkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
> "فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ"
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihatnya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihatnya (pula).” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Oleh karena itu, Nabi SAW mengingatkan umatnya agar senantiasa berbuat amal kebaikan. Amal kebaikan adalah investasi yang akan terus memberikan hasil yang baik di akhirat. Sabda Nabi lainnya menyatakan bahwa setiap manusia akan melihat amalnya dalam bentuk nyata di akhirat nanti, sebagai sahabat yang setia ataupun musuh yang membawa derita.
Kesimpulan
Sabda Nabi ini memberikan panduan agar kita tidak terlalu bergantung pada harta dan keluarga semata, melainkan lebih memprioritaskan amal kebaikan sebagai bekal akhirat. Harta yang kita miliki sebaiknya digunakan untuk amal kebajikan, keluarga yang kita cintai sebaiknya diarahkan untuk selalu taat kepada Allah, dan amal kebaikan seharusnya menjadi fokus utama kita. Dengan demikian, kita akan mendapatkan keberuntungan yang sesungguhnya, yakni memperoleh rahmat Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat.