"Hakikat Harta, Kesehatan, dan Umur dalam Perspektif Spiritualitas".

وَرُوِيَ أَنَّ رَجُلًا نَالَ مِنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ وَأَرَاهُ سُوءًا، فَقَالَ: اللّهُمَّ مَنْ فَعَلَ بِي سُوءًا فَأَصِحَّ جِسْمَهُ، وَأَطِلْ عُمُرَهُ، وَأَكْثِرْ مَالَهُ. فَانْظُرْ كَيْفَ رَأَى كَثْرَةَ الْمَالِ غَايَةً لِلْبَلَاءِ مَعَ صِحَّةِ الْجِسْمِ وَطُولِ الْعُمُرِ، لِأَنَّهُ لَا بُدَّ أَنْ يُفْضِيَ إِلَى الطُّغْيَانِ. وَوَضَعَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ دِرْهَمًا عَلَى كَفِّهِ، ثُمَّ قَالَ: أَمَا إِنَّكَ مَا لَمْ تَخْرُجْ عَنِّي لَا تَنْفَعُنِي.
Makna :
Diriwayatkan bahwa seseorang pernah berbuat jahat kepada Abu Darda’ dan menunjukkan sikap buruk kepadanya. Maka Abu Darda’ berdoa, "Ya Allah, siapa pun yang berbuat buruk kepadaku, sehatkan tubuhnya, panjangkan umurnya, dan perbanyak hartanya." Perhatikan bagaimana Abu Darda’ memandang bahwa banyaknya harta, bersama dengan kesehatan tubuh dan panjangnya umur, bisa menjadi puncak musibah. Karena, hal ini pasti akan menggiring seseorang pada kesombongan. Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakan wajahnya) pernah meletakkan satu dirham di atas telapak tangannya, lalu berkata, "Ketahuilah, selama engkau belum keluar dari tanganku, engkau tidak akan bermanfaat bagiku."
Penjelasan :
1. Doa Abu Darda’
Ketika seseorang berbuat buruk kepadanya, Abu Darda’ justru mendoakan agar orang tersebut diberi kesehatan, umur panjang, dan banyak harta. Ini bukanlah doa untuk kebaikan, melainkan sindiran. Abu Darda’ ingin menunjukkan bahwa ketiga hal tersebut—kesehatan, umur panjang, dan harta yang berlimpah—bisa menjadi ujian yang membuat seseorang sombong dan lalai jika tidak disertai dengan iman yang kuat. Dengan kata lain, ia melihat bahwa hal-hal duniawi yang tampak seperti nikmat bisa menjadi sumber keburukan bagi mereka yang menyalahgunakannya.
2. Pandangan Ali bin Abi Thalib tentang Harta
Ali bin Abi Thalib meletakkan dirham di telapak tangannya dan mengatakan bahwa uang itu tidak bermanfaat selama masih berada di tangannya. Pesan dari perkataan ini adalah bahwa harta hanya memiliki nilai jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan kebaikan. Selama hanya disimpan atau dipegang tanpa digunakan untuk kebaikan, harta tersebut tidak memberikan manfaat yang sesungguhnya bagi pemiliknya.
3. Kesadaran akan Bahaya Harta dan Kesejahteraan
Kisah ini menunjukkan bagaimana para sahabat Nabi memandang harta dan nikmat dunia dengan sikap hati-hati. Mereka sadar bahwa terlalu mencintai harta bisa menjebak seseorang dalam kesombongan dan kesesatan, sehingga tidak boleh terlalu bergantung atau terikat pada kekayaan tanpa disertai pemahaman yang benar.
4. Relevansi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Di zaman sekarang, prinsip ini mengingatkan bahwa memiliki harta berlimpah, umur panjang, dan kesehatan saja tidak cukup jika tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat kepada orang lain. Harta yang dibelanjakan untuk kebaikan dan amal justru yang akan memberi manfaat sejati, baik di dunia maupun di akhirat.