Hikmah dalam Zikir dan Pemikiran: Menyibak Keutamaan Akal dan Hati

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 539 Kali
Pengajian di masjid iting kuripan

Kitab Mukasyafatul qulub halaman 162.

وقال الحسن أن أهل العقل لم يزالوا يعودون بالذكر على الفكر وبالفكر على الذكر حتى استنطقوا قلوبهم فنطقت بالحكمة وقال اسحق ابن خلف كان داود الطائي رحمه الله تعالى على سطح في ليلة قمراء فتفكر في ملكوت السموات والأرض وهو ينظر إلى السماء ويبكي حتى وقع في دار جار له قال فوثب صاحب الدار من فراشه عريانا وبيده سيف وظن أنه لص فلما نظر إلى داود رجع ووضع السيف وقال من ذا الذي طرحك من السطح قال ما شعرت بذلك.

وقال الجنيد أشرف المجالس وأعلاها الجلوس مع الفكرة في ميدان التوحيد والتنسيم بنسيم المعرفة والشرب بكأس المحبة من بحر الوداد والنظر بحسن الظن بالله عزوجل ثم قال يالها من مجالس ما أجلها ومن شراب ما ألذ طوبى لن رزقه

وقال الشافعي رحمه الله تعالى استعينوا على الكلام بالصمت وعلى الاستنباط بالفكر وقال أيضاً صحة النظر في الأمور نجاة من الغرور والعزم في الرأي سلامة من التفريط والندم والرؤية والفكر يكشفان عن الحزم والفطنة ومشاورة الحكماء ثبات فى النفس وقوة في البصيرة ففكر قبل أن تعزم وتبدر قبل أن تهجم وشاور قبل أن تقدم. وقال أيضا الفضائل أربع إحداها الحكمة وقوامها الفكرة والثانية العفة وقوامها في الشهوة والثالثة القوة وقوامها في الغضب والرابعة العدل وقوامها في اعتدال قوى النفسي .

Penjelasan

Zikir dan pemikiran adalah dua sayap yang membawa manusia menuju hikmah. Para ulama dan orang-orang bijak sepanjang zaman telah menunjukkan bagaimana keduanya bukan hanya saling melengkapi, tetapi menjadi fondasi bagi perjalanan spiritual dan intelektual yang mendalam. Dari perkataan Al-Hasan hingga pemikiran Imam Syafi'i, kita belajar bahwa zikir tanpa pemikiran adalah kering, dan pemikiran tanpa zikir kehilangan arah.

Zikir dan Pemikiran: Menyatukan Akal dan Hati

Al-Hasan menggambarkan keutamaan orang-orang berakal yang menghubungkan zikir dengan pemikiran hingga hati mereka berbicara dengan hikmah. Ini mengajarkan bahwa zikir tidak sekadar ucapan, tetapi proses kontemplasi yang menghidupkan hati. Ketika hati berbicara, lahirlah hikmah yang menjadi pedoman hidup.

Dawud ath-Tha’i memberikan gambaran lain tentang keterhubungan akal dan hati. Dalam tafakur di bawah langit malam, ia merenungkan kebesaran Allah hingga lupa diri. Tangisan dan kejatuhannya ke rumah tetangga adalah simbol bagaimana zikir dan pemikiran dapat menguasai jiwa, bahkan melampaui kesadaran fisik. Ini mengingatkan bahwa pemikiran mendalam tentang ciptaan Allah membawa manusia lebih dekat kepada-Nya.

Contoh konkret tentang kombinasi zikir dan pikir:

1. Merenungkan Langit dan Bumi

Ketika seseorang melihat keindahan langit, hamparan bintang, atau pergantian siang dan malam, ia diajak untuk tidak hanya mengagumi keindahannya, tetapi juga mengingat Allah yang menciptakannya. Misalnya, ketika melihat matahari terbenam, seseorang bisa berzikir:

"Subhanallah, betapa besar kekuasaan-Mu, ya Allah."

Kemudian dilanjutkan dengan berpikir:

"Bagaimana siklus ini terjadi begitu teratur? Apa hikmah di balik pergantian siang dan malam ini?"

Refleksi ini dapat memperkuat keimanan dan menambah rasa syukur.

2. Fenomena Alam sebagai Tanda Kebesaran Allah

Ketika menyaksikan fenomena alam seperti hujan, seseorang dapat mengingat firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 48:

"Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan..."

Zikirnya adalah mengingat Allah sebagai sumber rahmat, dan pikirannya merenungkan bagaimana air yang turun menjadi sumber kehidupan bagi makhluk di bumi.

Majelis Pemikiran: Jalan Menuju Tauhid

Al-Junaid mengungkapkan bahwa duduk dalam pemikiran di medan tauhid adalah majelis yang paling mulia. Ia mengibaratkan pengalaman ini seperti minum dari cawan cinta dan menikmati lautan kasih sayang Allah. Pemikiran yang dilandasi zikir membawa manusia pada pandangan yang mendalam terhadap kasih sayang Allah, sehingga hati dipenuhi husnuzan. Ini menunjukkan bahwa pemikiran yang benar adalah ibadah yang membawa manusia lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Diam dan Berpikir: Nasihat Imam Syafi’i

Imam Syafi’i mengajarkan pentingnya diam sebagai sarana memperdalam pemikiran. Beliau berkata, "Bantulah diri kalian dalam berbicara dengan diam, dan dalam menggali pemahaman dengan berpikir." Diam bukan sekadar hening, melainkan ruang untuk refleksi dan introspeksi. Dengan berpikir sebelum berbicara dan bertindak, manusia terhindar dari kesalahan dan penyesalan.

Selain itu, Imam Syafi’i menekankan perlunya pandangan yang teliti dan musyawarah. Ketelitian dalam memandang perkara membawa keselamatan, sedangkan musyawarah dengan orang bijak memperkuat keputusan. Prinsip ini adalah panduan praktis untuk menjalani kehidupan dengan bijaksana dan penuh kehati-hatian.

Empat Keutamaan Akhlak

Menurut Imam Syafi’i, keutamaan manusia terletak pada empat hal:

1. Hikmah yang dasarnya adalah pemikiran.

2. Kesucian yang dasarnya adalah pengendalian syahwat.

3. Kekuatan yang dasarnya adalah pengendalian amarah.

4. Keadilan yang dasarnya adalah keseimbangan kekuatan jiwa.

Keempat keutamaan ini menunjukkan bahwa pemikiran dan pengendalian diri adalah kunci menuju keadilan dan harmoni dalam kehidupan.