Kasih Sayang Allah yang Tak Terbatas: Renungan bagi Hamba yang Berakal

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 1
  • Dibaca 560 Kali
Pengajian di masjid gumese giri tembesi

Kitab mukasyafatul qulub hal.152

نقع في زلات عدد المطر ومع ذلك لم يمنع نعمه عنا وإمداداته التي لولاها لهلكنا وهو قادر على البطش بنا بمجرد ارتكاب زلة واحدة لكنه يمهلنا لعلنا نتوب فيقبلنا ويغفر زلتنا ويستر أوراتنا 

فالعاقل يعرف من هو الأحق بالطاعة فيقبل عليه ويتوجه بكليته إليه وكلما أذنب تاب إلى خالقه أناب ولا ييأس من رحمته ويتحبب إليه بشكر نعمته ويواظب على ذلك عسى أن يكتب من المحبين ويأتيه الموت وهم مشتاق إلى مولاه ومولاه أشد شوقا إلى لقائه.

Kasih Sayang Allah yang Tak Terbatas: Renungan bagi Hamba yang Berakal

Dalam hidup ini, tak seorang pun terbebas dari kesalahan. Manusia jatuh dalam dosa dan kesalahan sebanyak tetesan hujan yang turun dari langit. Namun, di balik segala kekurangan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan segala kasih sayang-Nya, tidak menghentikan nikmat dan anugerah-Nya kepada kita. Padahal, tanpa karunia-Nya, hidup ini tak akan berlangsung; kita takkan mampu bertahan tanpa rezeki, kesehatan, dan ketenangan yang Dia limpahkan.

Allah Maha Kuasa untuk memberi balasan atas setiap kesalahan, bahkan hanya dengan satu kesalahan saja. Namun, dengan penuh kasih sayang, Allah justru memberikan kita kesempatan untuk bertaubat. Dia membuka pintu pengampunan selebar-lebarnya bagi siapa pun yang kembali kepada-Nya. Bahkan, bukan hanya mengampuni, Allah pun menutupi aib-aib hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus. Dia tidak ingin membuka keburukan mereka, melainkan memanggil mereka untuk kembali dan memperbaiki diri.

Mengetahui Siapa yang Paling Berhak Ditaati

Orang yang berakal tentu akan menyadari bahwa hanya Allah yang paling berhak untuk ditaati dan dicintai. Kesadaran ini adalah jalan menuju kebahagiaan sejati, karena hanya dengan mendekat kepada Allah, manusia dapat menemukan kedamaian dan kelapangan jiwa. Ketika seorang hamba memahami hal ini, ia akan menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, merendahkan hati dan berusaha mengabdi dengan segenap jiwa raga. Ketaatan bukanlah beban, melainkan sebuah jalan menuju ketenangan dan harapan akan rahmat-Nya.

Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah

Seorang hamba yang tulus tak akan pernah putus asa dari rahmat Allah, meskipun ia jatuh dalam dosa berulang kali. Setiap kali ia tersesat, ia segera kembali dan memohon ampun kepada-Nya, yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah bahkan berfirman dalam hadits Qudsi, "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi namun engkau tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” Hadits ini menjadi pengingat bahwa pintu ampunan selalu terbuka, bahkan bagi hamba yang membawa beban dosa yang besar.

Seorang hamba yang berakal juga akan terus mensyukuri nikmat Allah sebagai bentuk cinta dan pengabdiannya. Ia menyadari bahwa kenikmatan yang ia rasakan adalah tanda kasih sayang Allah kepadanya. Rasa syukur inilah yang kemudian menjadi sebab turunnya kenikmatan yang lebih besar lagi, karena Allah berjanji, "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini mengingatkan bahwa syukur adalah kunci agar kita semakin dekat dengan Allah dan dicintai-Nya.

Berharap Dicatat sebagai Hamba Pecinta-Nya

Dengan ketaatan, taubat, dan rasa syukur yang terus-menerus, seorang hamba berharap agar dicatat sebagai salah satu pecinta Allah. Orang-orang yang termasuk dalam deretan pecinta-Nya adalah mereka yang akan merasakan kerinduan bertemu dengan Allah di akhir hayat mereka. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun senang bertemu dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kerinduan ini bukan sekadar angan, melainkan cerminan ketenangan hati seorang hamba yang senantiasa dekat dengan Tuhannya.

Penutup

Menyadari betapa Allah penuh kasih dan selalu membuka pintu maaf bagi hamba-Nya, seharusnya setiap orang terdorong untuk menjadi pribadi yang taat dan senantiasa memperbaiki diri. Jika pun kita jatuh dalam kesalahan, kita harus segera bertaubat dan tidak putus asa dari rahmat-Nya. Allah yang menciptakan kita dengan penuh cinta, menanti kedatangan kita dalam kerinduan yang mendalam. Marilah kita terus melangkah dalam ketaatan, mendekatkan diri kepada-Nya, dan berharap agar termasuk dalam golongan orang yang Allah rindu untuk bertemu mereka di akhir hayat