"Kebahagiaan Sejati: Menghindari Sifat Dengki dan Tamak, Menggapai Qana'ah dan Zuhud"

Hikmah Kehidupan: Dengki, Qana'ah, dan Tawakal dalam Pandangan Islam
قَالَ بَعْضُ ٱلْحُكَمَاءُ: "وَجَدْتُ أَطْوَلَ ٱلنَّاسِ غَمًّۭا ٱلْحَسُودَ، وَأَهْنَأَهُمْ عَيْشًۭا ٱلْقَنُوعَ. وَأَصْبَرَهُمْ عَلَى ٱلْأَذَى ٱلْحَرِيصَ إِذَا طَمِعَ، وَأَخْفَضَهُمْ عَيْشًۭا ٱلْأَرْفَضَ إِلَى ٱلدُّنْيَا، وَأَعْظَمَهُمْ نَدَامَةً ٱلْعَالِمُ ٱلْمُفَرِّطُ."
"Beberapa ahli hikmah berkata: 'Aku menemukan bahwa orang yang paling lama sedihnya adalah orang yang dengki, orang yang paling bahagia hidupnya adalah orang yang puas hati (qana'ah). Orang yang paling sabar menghadapi luka adalah orang yang tamak ketika berkeinginan. Orang yang paling mudah hidupnya adalah orang yang paling meninggalkan dunia. Dan manusia yang paling besar penyesalannya adalah orang alim yang melampaui batas.'" ( Mukasyafatul qulub hal ; 122 )
Dalam kehidupan, setiap manusia dihadapkan pada berbagai ujian, baik berupa nikmat maupun musibah. Setiap ujian itu datang sebagai pengajaran dan kesempatan bagi manusia untuk meraih derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. Namun, bagaimana cara manusia menyikapi ujian tersebut akan menentukan nasib mereka di dunia dan akhirat. Ahli hikmah mengajarkan bahwa ada beberapa sifat yang menjadi kunci kebahagiaan, dan sebaliknya, ada pula sifat yang menyebabkan kesedihan berkepanjangan.
1. Orang yang Paling Lama Sedihnya Adalah Orang yang Dengki
Dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, karena ia menggerogoti jiwa dan menghilangkan ketenangan. Seorang yang dengki selalu merasa iri terhadap nikmat yang diperoleh orang lain dan menginginkan agar nikmat tersebut lenyap. Perasaan iri inilah yang membuat seseorang selalu merasa sedih dan gelisah. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِ
Artinya : Ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang Allah berikan kepadanya?" (QS. An-Nisa: 54)
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan tentang bahaya dengki dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ؛ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ.
(رواه أبو داود)
"Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud)
Orang yang dengki sebenarnya menyiksa dirinya sendiri, karena ia tidak pernah merasa puas atau bahagia dengan apa yang dimiliki.
2. Orang yang Paling Senang Hidupnya Adalah Orang yang Qana'ah
Qana'ah, atau merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan, adalah kunci kebahagiaan sejati. Seseorang yang memiliki sifat qana'ah tidak akan terlalu menginginkan apa yang ada di tangan orang lain. Ia yakin bahwa rezeki yang diberikan Allah kepadanya adalah yang terbaik. Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (2)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۖ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
"Siapa saja yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 2-3)
Sikap qana'ah membuat seseorang merasa cukup dan bersyukur, sehingga hidupnya lebih tenang dan jauh dari rasa iri dan ambisi yang tidak terkendali.
3. Orang yang Paling Bersabar Menghadapi Luka Adalah Orang yang Tamak
Tamak adalah sifat berlebihan dalam mengejar dunia. Orang yang tamak selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki dan selalu ingin mendapatkan lebih. Sifat ini membuat seseorang berusaha tanpa henti, bahkan ketika ia terluka, ia tetap berusaha karena dorongan keinginannya yang besar. Namun, sifat tamak ini justru sering kali membawa seseorang pada kebinasaan.
Allah berfirman:
وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّۭا جَمًّۭا (20)
" Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr: 20)
Sifat tamak juga sering kali membuat seseorang jauh dari ketaatan kepada Allah dan lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika anak Adam memiliki dua lembah penuh dengan harta, niscaya ia akan menginginkan lembah ketiga. Tidak ada yang bisa memuaskan hasratnya kecuali tanah kubur." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sifat tamak tidak membawa kebahagiaan sejati, justru sebaliknya, ia membuat seseorang terus merasa kurang dan jauh dari ketenangan.
4. Orang yang Paling Mudah Hidupnya Adalah Orang yang Paling Meninggalkan Dunia
Orang yang paling mudah hidupnya adalah orang yang tidak terlalu terikat dengan dunia. Meninggalkan dunia bukan berarti meninggalkan segala aktivitas duniawi, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Mereka yang tidak terikat dengan dunia lebih mudah menerima takdir, tidak mudah stres, dan hidupnya lebih tenang.
Allah berfirman:
اعْلَمُوا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلْدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۭ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِي ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ
"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak." (QS. Al-Hadid: 20)
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan:
"اِعْمَلْ فِي دُنْيَاكَ كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبيلٍ"
"Jadilah di dunia seperti orang asing atau pengembara." (HR. Bukhari)
Dengan memiliki sikap zuhud, seseorang tidak akan terlalu terikat dengan kenikmatan duniawi, dan ia lebih fokus pada persiapan untuk kehidupan akhirat.
5. Manusia yang Paling Besar Penyesalannya Adalah Orang Alim yang Melampaui Batas
Ilmu adalah cahaya yang seharusnya membimbing seseorang kepada kebenaran. Namun, jika seorang alim (orang berilmu) melampaui batas, ia tidak hanya menyesatkan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain. Penyesalan orang yang berilmu lebih besar karena ia mengetahui kebenaran tetapi memilih untuk menyimpang.
Orang yang memiliki ilmu seharusnya lebih dekat kepada Allah dan berhati-hati dalam tindakannya. Namun, ketika ia melampaui batas, penyesalan yang dirasakan lebih besar karena ia mengetahui bahwa ia telah salah dan menyia-nyiakan ilmu yang dimilikinya.