Kehormatan Akhlak dalam Pandangan Al-Masih dan Nabi Muhammad ﷺ

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 105 Kali
Pengajian di masjid dasan sebelek loteng

وقال المسيح طوبى لمن علمه الله كتابه ثم لم يمت جبارا. وقال النبى أهل الناري كل جعظري جواظ مستكبر جماع مناع واهل الجنة الضعفاء المقلون. وقال صلى الله عليه وسلم إن أحبكم إلينا وأقربكم منا في الآخرة أحاسنكم أخلاقا وإن ابغضكم إلينا وأبعدكم منا الثرثارون المتشدقون المتفيهقون. قالوا يا رسول الله؟ قد علمنا الثرثارون والمتشدقون فما المتفيهقون؟ قال المتكبرون

Penjelasan 

Dalam ajaran Islam, akhlak yang mulia selalu menjadi fokus utama dalam setiap ajaran dan peringatan. Baik dalam perkataan maupun perbuatan, seorang Muslim diajarkan untuk memiliki akhlak yang baik sebagai refleksi dari iman dan ketakwaan mereka kepada Allah. Sebagaimana yang tercermin dalam hadis-hadis berikut ini, baik yang berasal dari Nabi Muhammad ﷺ maupun dari ucapan Al-Masih (Isa عليه السلام), akhlak yang mulia menjadi penentu kehormatan seseorang di dunia dan di akhirat.

1. Al-Masih (Isa عليه السلام) dan Pesan tentang Belajar dengan Kerendahan Hati

Al-Masih (Isa عليه السلام) dalam sabdanya mengingatkan kita tentang betapa berharganya ilmu yang diajarkan oleh Allah. Beliau mengatakan, “Beruntunglah orang yang diajari kitab oleh Allah, lalu dia tidak mati dalam keadaan sombong atau sewenang-wenang.” (HR. Ibn Majah).

Pesan ini mengajarkan kita bahwa ilmu yang sejati adalah ilmu yang bisa merendahkan hati, bukan yang membuat seseorang merasa tinggi dan sombong. Sebaliknya, orang yang belajar ilmu dengan penuh kerendahan hati akan mendapatkan keberkahan yang luar biasa, karena mereka akan mengamalkan ilmunya dengan penuh kebijaksanaan, jauh dari sifat kesombongan yang merusak hati dan amal.

2. Keras dan Sombong: Karakteristik Penduduk Neraka

Nabi Muhammad ﷺ juga menjelaskan bahwa sifat-sifat tertentu menjadi ciri bagi mereka yang akan menjadi penghuni neraka. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Penduduk neraka adalah setiap orang yang keras, kasar, sombong, tamak, dan kikir, sedangkan penduduk surga adalah orang-orang yang lemah dan yang serba kekurangan.” (HR. Al-Bukhari).

Hadis ini memberikan gambaran jelas tentang siapa yang akan mendapat tempat di neraka, yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat buruk seperti kekerasan hati, kesombongan, serta ketamakan dan kekikiran. Sebaliknya, mereka yang lemah hati, rendah hati, dan serba kekurangan—namun tetap taat kepada Allah—adalah penghuni surga. Ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati dan bersikap rendah hati, karena kesombongan adalah musuh utama dari kebajikan dalam Islam.

3. Akhlak yang Terbaik di Mata Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis lainnya menegaskan, “Sesungguhnya yang paling aku cintai dan paling dekat denganku di akhirat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Al-Bukhari).

Ini menunjukkan bahwa akhlak yang mulia adalah tolok ukur utama bagi kedekatan seseorang dengan Rasulullah ﷺ di akhirat. Orang yang memiliki akhlak yang baik, seperti sabar, jujur, rendah hati, dan selalu menjaga perasaan orang lain, akan mendapatkan penghormatan dan kedekatan dari Rasulullah ﷺ. Akhlak yang baik mencerminkan kemurnian hati dan ketakwaan seseorang.

4. Orang yang Paling Dibenci oleh Rasulullah ﷺ

Namun, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan umatnya tentang beberapa sifat yang paling dibenci oleh beliau. Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku benci dan paling jauh dari aku adalah orang yang banyak bicara, berbicara berlebihan, dan sombong.” (HR. Al-Bukhari).

Orang yang banyak berbicara tanpa manfaat, berbicara berlebihan, serta menyombongkan diri akan semakin jauh dari Rasulullah ﷺ, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka yang demikian sering kali menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan ini adalah salah satu bentuk kesombongan yang sangat dibenci dalam Islam.

5. Penjelasan tentang 'Mutafaihiqun'

Dalam hadis yang sama, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami sudah tahu siapa orang yang banyak bicara dan orang yang berbicara berlebihan, tetapi siapa orang yang mutafaihiqun?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Orang yang sombong.”

Istilah mutafaihiqun merujuk pada orang yang memiliki sikap sombong, merasa lebih tinggi atau lebih hebat dari orang lain. Dalam ajaran Islam, sifat sombong ini sangat dilarang, karena bisa merusak hubungan antar sesama umat dan membuat seseorang terjerumus dalam dosa. Allah berfirman dalam Al-Qur'an,

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan takabur.” (QS. An-Nahl: 23).

Semoga kita semua dapat menjaga dan memperbaiki akhlak kita, dengan senantiasa mengikuti teladan yang telah diberikan oleh Rasulullah ﷺ dan mengikuti ajaran-ajaran yang mulia dari Al-Masih (Isa عليه السلام).