"Kekayaan Sejati: Keindahan dalam Penampilan, Kesederhanaan dalam Batin, dan Kebebasan dari Harapan yang Tidak Realistis"

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 534 Kali
Pengajian di masjid embung kuripan selatan

Dalam kitab Mukasyafatul qulub hal.130 dikatakan 

"وقيل لبعض الحكماء: ما مالك؟ فقال: التجمل في الظاهر، والقصد في الباطن، واليأس مما في أيدي الناس."

Artinya: "Dikatakan kepada salah seorang bijak: ‘Apa hartamu?’ Maka dia menjawab: ‘Keindahan dalam penampilan, kesederhanaan dalam batin, dan putus asa (tidak berharap) terhadap apa yang ada di tangan orang lain’."

Dalam perkataan ini, seorang bijak menjelaskan bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, tetapi sifat-sifat yang mulia dan sikap hidup yang bijaksana. Ia menyebut tiga aspek utama:

1. Keindahan dalam penampilan (التجمل في الظاهر)

Seseorang disarankan untuk menjaga penampilan yang baik dan rapi. Dalam Islam, tampil bersih dan rapi adalah bagian dari adab, sebagaimana Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan dan kesopanan. Menjaga penampilan tidak selalu berarti mewah, melainkan pantas dan menghormati diri sendiri dan orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tawbah ayat 51:

قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۖ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

 "Katakanlah (Muhammad), 'Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal.'"

Ayat ini mengajarkan sikap tawakal dan kepasrahan kepada Allah SWT, serta menumbuhkan qana'ah atau merasa cukup dengan ketentuan Allah.

2. Kesederhanaan dalam batin (القصد في الباطن)

Kesederhanaan di dalam hati berarti tidak berlebihan dalam keinginan atau ambisi, tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh hal-hal duniawi. Hal ini sesuai dengan sikap qana'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Kesederhanaan batin adalah sumber ketenangan dan ketentraman hati. 

3. Putus asa dari apa yang ada di tangan orang lain (واليأس مما في أيدي الناس)

Tidak berharap kepada apa yang dimiliki oleh orang lain adalah bentuk kemandirian dan ketidaklekatan terhadap dunia. Menghindari hasrat terhadap harta atau kedudukan yang ada pada orang lain adalah ciri dari orang yang memiliki tawakal (bergantung hanya kepada Allah). Dengan demikian, ia terhindar dari kecemburuan atau sifat tamak yang merugikan.