Kisah Keteladanan Rasulullah: Malam Tangis dalam Ibadah

Kitab Mukasyafatul Qulub 154
وروي عن عطاء أنه قال دخلت على عائشة رضي الله عنها فقلت أخبرينا بإعجب ما رأيت من رسول الله فبكت وقالت وأي شأنه لم يكن عجبا اتاني ليلة فدخل معي في فراشي أو قالت في لحاقي حتى مس جلدي جلده ثم قال يا ابنة أبي بكر زريني اتعبد لربي قالت قلت أني أحب قربك لكني أوثر هواك فأذنت له فقام إلى قربه ماء فتوضأ فلم يكثر صب الماء ثم قام فيصلي فبكى حتى سالت دموعه على صدره ثم ركع فبكى ثم سجد فبكى ثم رفع رأسه فبكى فلم يزل كذلك يبكي حتى جاء بلال فآذنه بالصلاة فقلت يا رسول الله ما يبكيك؟ وقد غفر الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟ قال أفلا أكون عبدا شاكورا ولم لا أفعل ذلك وهذا يدل على أن البكاء ينبغي أن لا ينقطع أبدا
Terjemahan:
Diriwayatkan dari Atha' bahwa ia berkata, "Aku pernah datang kepada Aisyah radhiyallahu anha, lalu aku berkata, 'Beritahukanlah kepada kami keajaiban yang paling mengesankan yang pernah engkau lihat dari Rasulullah.' Aisyah pun menangis dan berkata, 'Apakah ada satu sisi dari Rasulullah yang tidak mengagumkan? Beliau pernah mendatangiku pada suatu malam, lalu berbaring bersamaku di tempat tidurku, hingga kulitnya menyentuh kulitku. Kemudian beliau berkata, “Wahai putri Abu Bakar, izinkanlah aku untuk beribadah kepada Tuhanku.”
Aisyah berkata, “Aku berkata, 'Aku sangat suka dekat denganmu, namun aku lebih memilih (mengutamakan) keinginanmu.' Maka aku pun mengizinkannya.” Beliau kemudian berdiri, menuju tempat air, dan berwudhu dengan tidak banyak menyiramkan air. Lalu beliau mulai salat dan menangis hingga air matanya mengalir ke dadanya. Kemudian beliau ruku' sambil menangis, lalu sujud sambil menangis, kemudian mengangkat kepalanya sambil terus menangis. Beliau terus seperti itu hingga Bilal datang dan mengumumkan waktu salat.
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, 'Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?'”
Rasa Syukur yang Mendalam: Hakikat Ibadah dan Tangisan Rasulullah
Kisah ini menunjukkan salah satu bentuk pengabdian yang mendalam dan rasa syukur yang luar biasa dari Rasulullah. Tangisan beliau bukan karena ketakutan, melainkan karena rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah, yang telah memberikan segala nikmat dan ampunan. Meski beliau telah dijamin oleh Allah, Rasulullah tetap beribadah dengan khusyuk dan menangis sebagai bentuk syukur.
Pelajaran penting dari kisah ini adalah bahwa rasa syukur yang mendalam kepada Allah seharusnya menuntun seorang Muslim untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya, bahkan jika telah diberikan karunia yang besar. Keteladanan ini mengajarkan bahwa rasa syukur tidak hanya diungkapkan melalui ucapan, tetapi juga melalui perbuatan, yaitu dengan terus beribadah dan menunjukkan ketaatan.
Kisah ini juga menunjukkan bahwa tangisan dalam ibadah, khususnya karena kesadaran akan kebesaran Allah, adalah hal yang terpuji dan bahkan dianjurkan. Tangisan tersebut adalah wujud penghayatan spiritual yang mendalam yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan seorang Muslim.