Meneladani Nabi Isa dalam Kehidupan Sehari-Hari

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 667 Kali
Pengajian di masjid bun samban loteng

Kitab mukasyafatul qulub halaman 161

وعن طاوس قال قال الحواريون لعيسى ابن مريم. يا روح الله هل على الأرض اليوم مثلك؟ فقال نعم من كان منطقه ذكرا وصمته فكرا ونظره عبرة فإنه مثلي.

Artinya : Diriwayatkan dari Thawus, ia berkata: Para Hawariyyun (pengikut setia Nabi Isa) bertanya kepada Isa bin Maryam, "Wahai Ruh Allah, adakah di bumi ini seseorang yang seperti engkau?" Isa menjawab, "Ya, siapa saja yang perkataannya adalah zikir, diamnya adalah berpikir, dan pandangannya adalah mengambil pelajaran, maka dia sepertiku."

Penjelasan

Kisah dialog antara Nabi Isa dan para Hawariyyun ini mengandung hikmah besar bagi umat manusia. Jawaban Nabi Isa memberikan panduan praktis untuk menjadi pribadi yang mulia, tidak hanya di sisi manusia tetapi juga di sisi Allah. Beliau menekankan bahwa keserupaan dengan dirinya bukanlah soal status kenabian, tetapi bagaimana seseorang memanfaatkan tiga hal penting dalam kehidupannya: ucapan, keheningan, dan pandangan.

1. Perkataan sebagai Zikir

Nabi Isa menegaskan bahwa orang yang ucapannya dipenuhi dengan zikir adalah mereka yang menyerupai dirinya. Zikir berarti mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik melalui doa, nasihat, maupun perkataan yang bermanfaat. Perkataan semacam ini menanamkan ketenangan dalam hati dan mengarahkan hidup menuju kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadikan zikir sebagai bagian dari rutinitas, seperti mengucapkan "Alhamdulillah" saat bersyukur atau "Subhanallah" saat melihat kebesaran Allah.

2. Diam sebagai Tafakkur

Diam bukan sekadar tidak berbicara, tetapi menjadi momen untuk merenung. Tafakkur adalah cara manusia memanfaatkan keheningan untuk memikirkan kebesaran ciptaan Allah, memahami hikmah di balik kejadian, atau memperbaiki diri. Nabi Isa mengajarkan bahwa keheningan yang diisi dengan tafakkur adalah tanda kemuliaan hati. Dalam kehidupan modern yang penuh kebisingan, meluangkan waktu untuk tafakkur membantu kita menemukan kedamaian batin dan memahami tujuan hidup.

3. Pandangan sebagai Pelajaran (Ibrah)

Pandangan yang dimaksud Nabi Isa bukanlah sekadar melihat, tetapi mengamati dengan penuh kesadaran dan mengambil pelajaran (ibrah) dari apa yang dilihat. Dunia penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah, baik itu melalui alam, kejadian sehari-hari, maupun perjalanan hidup orang lain. Orang yang menjadikan pandangannya sebagai sarana ibrah akan selalu bertambah iman dan kebijaksanaannya.

Penutup

Pesan Nabi Isa ini relevan untuk setiap zaman. Menyerupai beliau tidak berarti menjadi nabi, tetapi menjadi pribadi yang menjadikan setiap aspek hidupnya—ucapan, keheningan, dan pandangan—sebagai jalan mendekat kepada Allah. Mari kita jadikan hikmah ini sebagai panduan dalam hidup, sehingga keberadaan kita menjadi berkah bagi diri sendiri dan orang lain.


"Siapa yang perkataannya adalah zikir, diamnya adalah berpikir, dan pandangannya adalah mengambil pelajaran, maka dia seperti aku."