"Nasehat Sayyidina Ali: Renungan Tentang Dunia dan Kematian"

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 1
  • Dibaca 501 Kali
Safari Haul di masjid Almukarromah bermi timur Jagaraga kuripan

"Nasehat Sayyidina Ali: Renungan Tentang Dunia dan Kematian" 

فلا تجزعوا لبؤسها وضرائها، فإنه إلى انقطاع، ولا تفرحوا بمتاعها ونعمائها، فإنه

إلى زوال، عجبت لطالب الدنيا والموت يطلبه، وغافل وليس بمغفول عنه.

"Maka janganlah kalian gelisah karena penderitaan dan kesengsaraan dunia, karena semua itu akan berakhir. Dan janganlah kalian terlalu bergembira dengan kenikmatan dan kesenangan dunia, karena semuanya akan sirna. Aku heran kepada orang yang mengejar dunia, padahal kematian sedang mengejarnya, dan orang yang lalai padahal dia tidak dilalaikan (oleh kematian)."

Ucapan ini mengingatkan kita agar tidak terlalu larut dalam kesedihan atau kekhawatiran terhadap kesulitan duniawi. Semua kemalangan, kesusahan, dan ujian yang dihadapi hanyalah sementara. Pada akhirnya, seperti segala sesuatu di dunia, masalah dan penderitaan itu akan berakhir. Ini juga menunjukkan pentingnya sabar dan tawakal (berserah diri kepada Allah), karena apa pun yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari ujian kehidupan, dan semuanya akan sirna seiring waktu. Allah swt berfirman dalam Surah Ash-Sharh (94:5-6):

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Ayat ini menegaskan bahwa setiap kesulitan akan diikuti oleh kemudahan, sebuah janji bahwa penderitaan dunia bersifat sementara dan Allah akan menggantikannya dengan kebaikan.

Selain itu, pesan ini mendorong kita untuk fokus pada tujuan yang lebih abadi, yaitu kebahagiaan akhirat, yang lebih penting daripada kesulitan sesaat di dunia ini.

Selanjutnya Sayyidina ali menyampaikan : "Aku heran dengan orang yang mengejar dunia, padahal kematian sedang mengintainya, dia lalai terhadap kematian padahal ia tidak diabaikan oleh kematian

Pernyataan ini menggambarkan sebuah ironi dalam kehidupan manusia, terutama dalam konteks kesadaran akan kematian. Ada beberapa poin yang bisa diambil dari ungkapan ini:

1. Kesadaran akan Kematian: Setiap orang tahu bahwa kematian adalah bagian pasti dari kehidupan, tetapi banyak yang cenderung mengabaikannya. Mereka yang terlalu fokus pada hal-hal duniawi sering kali lupa bahwa waktu mereka terbatas. Allah swt berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Ali Imran: 185)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap makhluk yang hidup pasti akan menghadapi kematian, dan kehidupan dunia hanyalah sementara serta penuh dengan tipu daya. Pada akhirnya, yang paling penting adalah balasan di akhirat.

2. Prioritas dalam Hidup: Mengejar atau terlibat dalam urusan duniawi tanpa memikirkan akhirat bisa menjadi tanda bahwa seseorang belum mengutamakan tujuan yang lebih tinggi. Sementara berkontribusi dalam kehidupan dunia adalah baik, harus diimbangi dengan kesadaran akan tujuan akhir dan kehidupan setelah mati. Allah swt berfirman : 

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)

Artinya: "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la: 16-17)

Ayat ini mengingatkan bahwa meskipun banyak orang lebih memilih kehidupan dunia, hakikatnya kehidupan akhirat jauh lebih baik dan kekal. sehingga sebagai orang beriman, kita perlu memprioritaskan bekal untuk akhirat.

3. Kesadaran Spiritual: Hal ini menekankan pentingnya memiliki kesadaran spiritual dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Ketika kita mengejar atau terfokus pada dunia, kita seharusnya tetap ingat untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Allah swt berfirman : Surah Al-Baqarah (2:152): 

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: "Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."

Ayat ini menekankan pentingnya zikir (mengingat Allah) sebagai bentuk kesadaran spiritual. Saat kita mengingat Allah, Allah akan mengingat kita, dan dengan ini hubungan spiritual kita dengan-Nya akan semakin kuat.

4. Refleksi Diri: Pernyataan ini juga bisa menjadi pengingat untuk kita semua untuk lebih introspektif. Kita perlu mempertanyakan prioritas kita dan bagaimana kita menghabiskan waktu kita, memastikan bahwa kita tidak lalai terhadap hal yang paling penting dalam hidup kita. 

Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hasyr (59:18)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bertakwa kepada Allah dan secara aktif mengevaluasi perbuatan kita untuk persiapan di akhirat. Refleksi diri menjadi penting agar kita menyadari tindakan dan amal yang kita kerjakan, apakah sudah selaras dengan tujuan hidup sebagai hamba Allah.