Nasihat Rasulullah ﷺ: Shalat Seperti Shalat Perpisahan dan Sikap terhadap Ucapan serta Harta Manusia

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 1
  • Dibaca 118 Kali
Pengajian Safari Haul di Masjid Nurul Falah Pesanggrahan Banyu urip Gerung

Nasihat Rasulullah ﷺ: Shalat Seperti Shalat Perpisahan dan Sikap terhadap Ucapan serta Harta Manusia

Dalam Islam, Rasulullah ﷺ memberikan banyak nasihat yang membimbing umatnya untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan hakikat dunia dan akhirat. Salah satu nasihat yang sarat makna adalah sabda beliau:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عِظْنِي وَأَوْجِزْ. فَقَالَ: إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ.

"Jika engkau shalat, maka shalatlah seperti shalat perpisahan. Janganlah engkau berkata sesuatu yang besok engkau akan meminta maaf karenanya, dan berputus asalah dari apa yang ada di tangan manusia."

Hadis ini mengandung tiga nasihat penting: bagaimana cara kita menjalani shalat, menjaga ucapan, serta sikap kita terhadap harta dan rezeki.

1. Shalat Seperti Shalat Perpisahan

Nasihat pertama dari Rasulullah ﷺ adalah agar kita shalat seperti shalat perpisahan. Maksud dari shalat perpisahan adalah menjalankan shalat seolah-olah itu adalah shalat terakhir kita sebelum meninggal dunia. Dengan demikian, seseorang akan melaksanakan shalatnya dengan penuh khusyuk, hati-hati, dan kesungguhan.

Shalat yang dilakukan dengan kesadaran bahwa itu bisa jadi shalat terakhir akan membuat seseorang lebih fokus dan menghindari kelalaian. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi syarat dan rukun shalat dengan baik, serta memperhatikan makna dari setiap bacaan dan gerakan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

صَلِّ صَلاةَ مُوَدِّعٍ

"Shalatlah seperti shalatnya orang yang akan berpisah (dengan dunia)."

Shalat dengan sikap ini mengajarkan kita bahwa kematian bisa datang kapan saja, sehingga setiap ibadah yang kita lakukan harus kita laksanakan sebaik mungkin. Dengan begitu, kita akan selalu dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu dipanggil oleh Allah.

2. Menjaga Ucapan dan Menghindari Penyesalan

Nasihat kedua adalah jangan berkata sesuatu yang besok engkau akan meminta maaf karenanya. Rasulullah ﷺ menekankan pentingnya menjaga lisan dan berhati-hati dalam berbicara. Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat berdampak besar pada diri sendiri dan orang lain, baik dampak positif maupun negatif.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tergelincir dalam ucapannya, baik itu dalam bentuk ghibah (menggunjing), fitnah, atau perkataan yang menyakitkan. Sering kali, setelah ucapan itu keluar, kita merasa menyesal dan harus meminta maaf kepada orang yang tersakiti. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk berpikir sebelum berbicara agar terhindar dari ucapan yang menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada satu kata pun yang diucapkan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat." (QS. Qaf: 18)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap perkataan kita diawasi dan akan dicatat oleh malaikat. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga lisan dan menghindari perkataan yang tidak bermanfaat atau menimbulkan kerugian.

3. Berputus Asa dari Apa yang Ada di Tangan Manusia

Nasihat ketiga dari Rasulullah ﷺ adalah berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia. Maksudnya, kita diajarkan untuk tidak menggantungkan harapan kepada harta, bantuan, atau rezeki yang ada pada orang lain. Sikap ini menuntut kita untuk bersandar sepenuhnya kepada Allah dan tidak berharap terlalu tinggi pada makhluk.

Sering kali, ketergantungan pada manusia membuat seseorang kecewa ketika harapannya tidak terpenuhi. Dengan berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia, kita akan lebih ikhlas dalam menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Ini juga mengajarkan kita untuk bersikap mandiri dan tidak mengemis perhatian atau bantuan dari orang lain kecuali dalam keadaan sangat membutuhkan.

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ

"Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki, Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. Adz-Dzariyat: 58)

Dengan meyakini bahwa hanya Allah yang Maha Pemberi Rezeki, kita akan terhindar dari rasa cemas tentang kekurangan atau ketergantungan pada apa yang dimiliki orang lain.