Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk di dalam islam.

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 1
  • Dibaca 789 Kali
Pengajian di masjid pelepok lembar

Perumpamaan Teman yang Baik dan Teman yang Buruk dalam Islam

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW memberikan perumpamaan tentang teman yang baik dan teman yang buruk. Dikutip didalam kitab Mukasyafatul Qulub halaman 131

وَرُوِيَ مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ مَثَلُ حَامِلِ المِسْكِ إِنْ لَمْ يُعْطِكَ أَصَابَكَ مِنْ رِيحِهِ. وَمَثَلُ جَلِيسِ السُّوءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الكِيرِ إِنْ لَمْ يُحْرِقْكَ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ.

Terjemahan Hadis: "Perumpamaan teman yang baik adalah seperti penjual minyak wangi; jika ia tidak memberimu wangiannya, maka engkau akan tetap terkena harumnya. Sedangkan perumpamaan teman yang buruk adalah seperti tukang pandai besi; jika ia tidak membakarmu, engkau akan tetap terkena asapnya."

Hadis ini menunjukkan bahwa teman memiliki pengaruh besar terhadap diri kita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nabi SAW membagi pengaruh tersebut dalam dua jenis pertemanan: teman yang baik (jalis shalih) dan teman yang buruk (jalis su'). Berikut adalah penjelasan masing-masing:

1. Teman yang Baik (Jalis Shalih)

Teman yang baik dianalogikan dengan "حامل المسك" (hāmil al-misk), yaitu penjual minyak wangi. Walaupun kita tidak membeli minyak wangi darinya, kita akan tetap mencium aroma harum yang menyenangkan. Demikian pula, teman yang baik memberikan dampak positif dalam hidup kita. Mereka menginspirasi kita untuk berbuat baik, memberi nasihat, dan menjaga kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan bersahabat dengan orang-orang saleh, kita akan terdorong untuk meningkatkan keimanan dan memperbaiki akhlak.

2. Teman yang Buruk (Jalis Su')

Teman yang buruk diumpamakan seperti "صاحب الكير" (ṣāḥib al-kīr), yaitu tukang pandai besi yang bekerja dengan api dan asap. Meski ia tidak membakar kita secara langsung, kita tetap bisa terkena asapnya, yang bisa merusak pakaian atau menyebabkan bau tak sedap. Teman yang buruk bisa mengarahkan kita pada keburukan, baik melalui tindakan maupun perkataan. Mereka bisa membuat kita terbiasa dengan perbuatan dosa atau kelalaian, bahkan jika kita tidak langsung melakukan hal buruk tersebut.