"Qona'ah: Sikap Merasa Cukup dan Menjauhi Ketergantungan pada Makhluk"

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 552 Kali
Safari haul malam ke-4 di masjid tunggu lawang kursel

قال الغزالي 
اعلم انه ينبغي أن يكون الفقير قانعا منقطع الطمع عن الخلق، غير ملتفت إلى ما
في أيديهم، ولا حريصٱ على اكتساب المال كيف كان، ولا يمكنه ذلك إلا بان يقنع بقدر
الضرورة من المطعم والملبس والمسكن،

Artinya : "Ketahuilah bahwa orang yang fakir ( butuh kepada Allah swt) seharusnya memiliki sikap qona'ah (merasa cukup), memutuskan ketergantungan dan harapan kepada makhluk, tidak menoleh kepada apa yang ada di tangan mereka, serta tidak tamak dalam mencari harta dengan cara apa pun. Hal itu hanya bisa dilakukan dengan merasa puas terhadap kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang sekadar cukup."

Makna Qona'ah

Secara bahasa, qona’ah berasal dari kata “qana’a,” yang berarti merasa cukup atau puas. Dalam istilah, qona’ah adalah sikap puas terhadap apa yang diberikan oleh Allah, baik dalam hal rezeki, makanan, maupun segala kebutuhan hidup lainnya. Orang yang qona’ah tidak akan terpengaruh oleh apa yang dimiliki orang lain dan tidak merasa kurang dengan keadaan yang dimilikinya.

Meninggalkan Sifat Tamak

Salah satu prinsip utama dari qona’ah adalah meninggalkan sifat tamak kepada makhluk. Sifat tamak adalah keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan harta atau keuntungan dari orang lain. Sikap ini sering kali membuat seseorang tidak puas dengan apa yang telah dimiliki dan cenderung mencari cara-cara yang tidak halal untuk mendapatkan lebih banyak. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

 "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Baqarah: 195)

Ayat ini menegaskan pentingnya menjauhi perbuatan yang merugikan diri sendiri, termasuk di dalamnya adalah mengejar harta secara berlebihan yang dapat menjerumuskan ke dalam tindakan yang salah.

Tidak Menoleh kepada Apa yang Ada di Tangan Orang Lain

Orang yang qona’ah tidak akan menoleh kepada apa yang ada di tangan orang lain. Ia akan fokus pada apa yang telah Allah berikan padanya dan berusaha untuk bersyukur atasnya. Dalam Al-Qur'an, Allah juga mengingatkan kita tentang hal ini:
وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang Allah berikan kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain."
(Q.S. An-Nisa: 32)

Dalam ayat ini, Allah melarang kita untuk merasa iri terhadap harta dan kelebihan yang dimiliki orang lain. Dengan demikian, orang yang qona’ah akan lebih bisa menikmati hidupnya tanpa terbebani oleh perbandingan dengan orang lain.

Tidak Rakus dalam Mencari Harta

Sejalan dengan sikap tidak menoleh kepada harta orang lain, orang yang qona’ah juga tidak rakus dalam mencari harta. Ia akan berusaha mencari rezeki dengan cara yang baik dan halal, serta merasa cukup dengan hasil yang didapat. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

> "Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa, yaitu sikap qona’ah dan kepuasan dalam hati, bukan sekadar banyaknya harta.

Menerima Kebutuhannya

Orang yang qona’ah akan merasa cukup puas dengan kebutuhannya yang pokok, yaitu pangan, sandang, dan papan. Ia tidak akan terpengaruh oleh nafsu untuk mencari lebih dari itu, karena ia memahami bahwa yang terpenting adalah keberkahan dalam hidup, bukan sekadar banyaknya harta.
( kitab mukasyafatul qulub hal. 120).