Renungan Tentang Sifat Sombong dan Lupa Akan Kematian

وقال رسول الله : بئس العبد عبد تجبر واعتدى ونسي الجبار الأعلى بئس العبد عبد تجبر واختال ونسي الكبير المتعال بئس العبد عبد غفل وسها والمقابر والبلى بئس العبد عبد عتى وبغى ونسي المبتداء والمنتهي. وعن ثابت أنه قال بلغنا إنه قيل يارسول الله ما أعظم كبر فلان فقال أليس بعده الموت
Penjelasan :
Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW menyampaikan peringatan keras tentang sifat sombong, angkuh, dan lalai yang dapat merugikan seorang hamba. Sikap seperti ini bukan hanya mengundang kebencian Allah SWT, tetapi juga membutakan hati dan pikiran seorang hamba dari kenyataan bahwa setiap manusia akan menghadapi kematian dan kehidupan setelahnya.
Sifat Sombong dan Lalai dalam Perspektif Islam
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW mengingatkan:
"Seburuk-buruknya hamba adalah hamba yang sombong, berbuat zalim, dan melupakan Tuhan Yang Maha Agung. Seburuk-buruknya hamba adalah hamba yang sombong, berbangga diri, dan melupakan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Seburuk-buruknya hamba adalah hamba yang lalai dan lupa akan kuburan serta kerusakan jasad."
Hadis ini menunjukkan bahwa manusia yang memiliki sifat sombong adalah mereka yang merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain. Mereka melupakan hakikat bahwa semua kelebihan, kekuatan, dan kekuasaan yang dimiliki sebenarnya hanyalah titipan dari Allah SWT. Ketika seseorang merasa dirinya besar dan kuat, ia sebenarnya telah melupakan bahwa ada Sang Pencipta yang jauh lebih besar, lebih tinggi, dan lebih berkuasa.
Di antara bentuk kesombongan yang disebutkan dalam hadis ini adalah sifat "bangga diri" dan "berbuat zalim." Orang-orang yang sombong sering kali mengabaikan batasan-batasan yang ditetapkan oleh Allah, bahkan cenderung merendahkan orang lain dan melakukan kedzaliman. Sifat sombong inilah yang dapat membuat hati menjadi keras, dan lupa pada hakikat kehidupan yang sementara.
Melupakan Kematian: Kesalahan Besar Manusia
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengingatkan kita akan akibat buruk dari melupakan kematian. Diceritakan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang kesombongan seseorang, "Ya Rasulullah, betapa besarnya kesombongan si Fulan." Rasulullah menjawab dengan singkat, "Bukankah setelah itu ada kematian?"
Jawaban Rasulullah ini adalah peringatan bahwa kesombongan dan kebanggaan duniawi tidak ada artinya karena semua manusia pada akhirnya akan mati. Kematian menjadi batas akhir yang tak dapat dihindari oleh siapapun. Ketika manusia mengingat kematian, ia akan sadar bahwa semua kelebihan dan kehormatan yang ia miliki di dunia tidak akan menemani dirinya ke alam kubur.
Menjaga Hati dari Sifat Sombong dan Lalai
Menghindari sifat sombong dan lalai dari kematian adalah bagian dari keimanan seorang hamba kepada Allah. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan, kita akan menjadi hamba yang lebih rendah hati dan sadar akan kebesaran Allah. Rasulullah SAW menganjurkan untuk sering mengingat kematian, karena dengan cara ini hati akan lebih mudah menerima nasihat dan mengurangi kesombongan dalam diri.
Kehidupan dunia ini sesungguhnya fana. Seberapa besar pun seseorang merasa kuat dan hebat, pada akhirnya dia hanya makhluk yang lemah di hadapan Sang Pencipta. Harta, kekuasaan, dan kehormatan akan menjadi sia-sia tanpa diiringi oleh kerendahan hati dan ketaatan kepada Allah SWT.
Penutup
Islam mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang penuh kesadaran dan tidak terbuai oleh kesombongan. Ingatlah bahwa Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
"Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sungguh, engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu setinggi gunung." (QS. Al-Isra’: 37)