Rihlah Bersejarah: Petualangan Enam Santri Setelah Ujian Nasional (2005)

Rihlah Bersejarah: Petualangan Enam Santri Setelah Ujian Nasional
Setelah ujian nasional di tahun 2005, enam sahabat dari Pondok Pesantren Alfalah Ploso Mojo Kediri memutuskan untuk melaksanakan rihlah atau perjalanan yang penuh kenangan. Mereka adalah saya, Anas dari Wonosobo, Wahyu dari Pasuruan, Maman Sudirman dari Cirebon, Deni dari Jakarta, dan Asef dari Jakarta. Kami sepakat untuk berlibur selama satu minggu ke beberapa kota besar di Indonesia, menyusun rencana perjalanan dari Kediri, Wonosobo, Bogor, hingga Jakarta.
Awal Perjalanan: Kediri - Yogyakarta - Wonosobo
Setelah ujian berakhir, kami segera mengumpulkan iuran sebesar 300.000 per orang untuk menutup biaya perjalanan. Kami berangkat dari Kediri menuju Yogyakarta, dan setelah menunggu di terminal, melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Kami tiba di kota yang berada di bawah kaki gunung ini pada malam hari. Wonosobo, dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang asri, memberikan kedamaian yang begitu terasa. Sawah yang terhampar rapi dan sungai yang jernih menjadi latar yang sempurna untuk bersantai dan menikmati waktu bersama.
Selama dua hari di Wonosobo, kami mengunjungi tempat wisata terkenal di sana: Dieng Plateau. Di atas gunung, kami melihat danau yang cantik dengan warna air yang berbeda, putih dan biru, serta kawah yang menambah keindahan alam. Kami juga menikmati suasana kebersamaan yang hangat, saling membantu dan berbagi suka duka. Kebersamaan ini memberi kami kenangan yang tidak terlupakan.
Bogor dan Jakarta: Petualangan di Kota Metropolitan
Setelah menikmati keindahan Wonosobo, kami melanjutkan perjalanan ke Bogor untuk menginap semalam, dan kemudian menuju Jakarta. Di Jakarta, kami terbagi menjadi dua kelompok. Wahyu dan maman ke rumah Deni di Tanjung Priok, sementara saya memilih menginap di rumah Asef Awaludin di Pesing, Jakarta Utara.
Di Jakarta, kami merasakan pengalaman yang berbeda. Kebetulan, orang tua Asef adalah tokoh agama dan pimpinan majelis taklim. Pada waktu itu, sedang berlangsung acara Isra Mi’raj yang memperingati perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam acara tersebut, saya ditunjuk untuk menjadi penceramah karena desakan dari teman saya. Dengan rasa tanggung jawab, saya menerima tawaran tersebut dan Alhamdulillah mendapat respon yang sangat baik dari jamaah.
Namun yang tak terduga, setelah acara selesai, orang tua Asef mengajak saya berbincang dan menawarkan putrinya untuk dijodohkan dengan saya. Saya hanya bisa tersenyum dan membalas tawaran tersebut dengan sikap yang sopan, tanpa memberikan jawaban pasti. Momen itu menjadi salah satu kenangan menarik yang saya alami selama perjalanan ini.
Menyusuri Jakarta: Kesenangan dan Pengalaman
Setelah acara pengajian, kami dibekali uang untuk berkeliling di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan menikmati suasana kota metropolitan. Tiga hari di Jakarta penuh dengan kegembiraan, dari naik becak, menikmati makanan khas Betawi, hingga merasakan hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Di sana, saya juga diminta untuk menggantikan abah Asef untuk mengisi pengajian kitab Fathul Qorib. Pengalaman ini menambah rasa percaya diri dan kepuasan batin yang mendalam.
Kembali ke Pondok: Menyelesaikan Tugas dan Persiapan Wisuda
Namun, kesenangan itu harus berakhir karena kami dipanggil oleh pengurus pondok untuk kembali. Kami harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara wisuda, karena kami terpilih sebagai ketua panitia haflah atau wisuda akhir tahun. Kembali ke pondok dengan banyak cerita indah dan pengalaman berharga, kami siap untuk menghadapi tugas-tugas yang telah menanti.
Perjalanan ini bukan hanya sekedar liburan, tetapi juga sebuah pengalaman hidup yang penuh makna. Dari perjalanan bersama sahabat, mengunjungi tempat-tempat indah, berinteraksi dengan orang-orang baru, hingga mendapatkan tawaran yang tak terduga, semuanya memberi pelajaran berharga tentang kebersamaan, tanggung jawab, dan kenangan yang akan selalu hidup dalam ingatan kami.
Dengan penuh syukur, kami kembali ke pondok dengan semangat baru, siap menyelesaikan tugas dan mempersiapkan diri untuk langkah selanjutnya dalam kehidupan.
Hikmah penting:
1. Kebersamaan: Persahabatan yang saling mendukung memperkuat ikatan dalam menghadapi suka dan duka.
2. Menghargai Alam: Menikmati keindahan alam mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan menjaga kelestariannya.
3. Tanggung Jawab: Mengambil amanah dengan keyakinan dan kesiapan akan membawa hasil yang baik.
4. Bijak dalam Menghadapi Tawaran: Menanggapi situasi dengan bijak, tanpa terburu-buru.
5. Pelajaran dari Pengalaman: Setiap pengalaman, baik atau buruk, memberikan pelajaran berharga.
6. Kepemimpinan: Tanggung jawab sebagai pemimpin harus dijalani dengan kerja keras dan dedikasi.
7. Menjaga Nilai Agama: Menjaga dan mengamalkan nilai agama dalam setiap langkah kehidupan.