Sejarah dan Pesona Sabratha : Destinasi Favorit Mahasiswa Indonesia di Tripoli Libya ( 2008)

Sejarah dan Pesona Sabratha: Destinasi Favorit Mahasiswa Indonesia di Libya
Pada musim panas tahun 2009, para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia (KKMI) di Jamiyah Addakwah Al-Islamiyah, Tripoli, Libya, menyelenggarakan rihlah tahunan ke kota bersejarah Sabratha. Destinasi ini bukan sekadar tempat berlibur bagi mereka, melainkan juga lokasi yang penuh makna sejarah dan budaya yang memperkaya pengalaman akademik serta mempererat tali persaudaraan.
Sejarah Singkat Sabratha
Sabratha, kota kuno yang berlokasi di pesisir barat Libya, merupakan salah satu dari tiga kota besar yang menjadi bagian dari wilayah Tripolitania, bersama dengan Leptis Magna dan Oea (Tripoli saat ini). Berdiri sejak zaman Phoenicia sekitar abad ke-5 SM, kota ini berkembang pesat di bawah kekuasaan Romawi dan menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di wilayah Afrika Utara. Salah satu peninggalan terbesar dari era Romawi di Sabratha adalah kompleks teater yang megah, yang hingga kini menjadi ikon kota.
Teater Sabratha yang dibangun pada abad ke-2 Masehi terkenal karena arsitekturnya yang megah dan detail yang rumit, dapat menampung sekitar 5.000 orang. Selain teater, terdapat pula berbagai situs menarik seperti basilika, kuil, dan pemandian yang mencerminkan kekayaan budaya dan kemajuan teknologi Romawi pada masa itu. Pada tahun 1982, situs arkeologi ini terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO, yang semakin menegaskan nilai sejarahnya.
Rihlah Tahunan KKMI ke Sabratha
Bagi mahasiswa Indonesia di Libya, Sabratha tidak hanya menawarkan pesona sejarah dan arsitektur, tetapi juga menjadi tempat rekreasi untuk melepas penat setelah masa ujian akhir tahun. Pada tahun 2009, anggota KKMI menjadikan rihlah ke Sabratha sebagai kegiatan rutin tahunan, dengan tujuan untuk merilekskan tubuh dan pikiran setelah intensitas ujian dan aktivitas akademik.
Rihlah ini juga menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk mempererat tali persaudaraan dan saling menguatkan dalam kebersamaan. Di sela-sela perjalanan dan eksplorasi situs-situs bersejarah, mereka juga mengadakan berbagai lomba internal KKMI, seperti lomba kebersamaan dan olah raga. Hal ini tidak hanya menambah keseruan, tetapi juga menciptakan kenangan indah yang masih mereka ingat hingga saat ini.
Makna Rihlah ke Sabratha
Liburan ke Sabratha bagi mahasiswa KKMI bukan hanya sekadar jalan-jalan biasa. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan akademik yang menantang, perjalanan ini memberi ruang untuk merefleksi diri dan memperkuat kebersamaan. Kota kuno ini mengingatkan para mahasiswa akan kekayaan peradaban Islam yang pernah berjaya dan bagaimana Islam tumbuh bersama budaya-budaya lain, termasuk budaya Romawi dan Phoenicia.
Berjalan di reruntuhan Sabratha, di bawah langit Libya yang cerah, para mahasiswa Indonesia belajar tidak hanya dari buku, tetapi dari tapak sejarah yang nyata. Sabratha menjadi ruang belajar yang terbuka, di mana mereka dapat menghargai dan mengapresiasi sejarah dunia dari perspektif yang berbeda.