Siapkan 4 hal sebelum safar ke negri Akhirat

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 3
  • Dibaca 790 Kali
Ngaji mencari jati diri


عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ.

Artinya : Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum ditanya tentang empat hal: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya; tentang ilmunya, apa yang telah diamalkannya; tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya dan untuk apa ia membelanjakannya; dan tentang tubuhnya, untuk apa ia menggunakannya."

Hadis ini menggarisbawahi empat hal utama yang akan dipertanyakan pada hari kiamat: umur, ilmu, harta, dan tubuh. Setiap hamba harus menyadari bahwa semua yang dimilikinya merupakan amanah yang harus dijaga dan dipergunakan dengan baik. Berikut ini adalah renungan tentang masing-masing poin tersebut.

1. Umur: Bagaimana Kita Menghabiskannya

Allah SWT memberikan umur sebagai kesempatan untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal untuk akhirat. Umur merupakan anugerah yang tak ternilai, namun sifatnya terbatas. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah kembali. Oleh karena itu, penting bagi setiap hamba untuk senantiasa introspeksi, apakah waktu yang Allah berikan telah diisi dengan amal saleh, ibadah, dan aktivitas yang mendekatkan diri kepada-Nya atau justru dihabiskan untuk mengejar hal-hal yang sia-sia. 

Ketika manusia diberi kesempatan hidup, Allah akan memberi mereka ujian. Ujian bisa berupa kesenangan hidup, atau sesuatu yang disukai. Ujian juga bisa berupa sesuatu yang tidak disukai, seperti kesusahan atau kesempitan hidup. Disaat manusia mendapat ujian berupa kesempitan hidup, itu menjadi sebab kebanyakan manusia kembali kepada Allah. Namun, ketika diuji dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan, kebanyakan manusia lalai kepada Allah. Allah berfirman: 

وَقَلِيلٌۭ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ

Terjemahannya: " Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba' 34:13)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ والفراغ

Terjemahannya: Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Nabi ﷺ bersabda: "Dua kenikmatan yang sering kali membuat kebanyakan manusia lalai (merugi), yaitu kesehatan dan waktu luang."

2. Ilmu: Bagaimana Kita Mengamalkannya

Ilmu merupakan cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Namun, ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi beban di akhirat. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban, tetapi lebih penting lagi bagaimana ilmu tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim yang memiliki ilmu tentang kebaikan dan kebenaran, namun tidak mengamalkannya, sama halnya dengan tidak memiliki ilmu sama sekali. Berkata Ahli Hikmah : 

ويل لمن لا يعلم، وويل لمن يعلم ولا يعمل.

Terjemahannya: "Celakalah bagi orang yang tidak mengetahui, dan celakalah bagi orang yang mengetahui namun tidak mengamalkan (ilmunya)."

Imam Al Ghazali berkata ilmu yang hukumnya pardu ain ada 3 yakni ilmu tauhid, ilmu syariat dan ilmu akhlaq. Sebab ketiga ilmu ini yang akan mengantarkan pemiliknya sampai kepada Allah swt. 

 ibnu attaillah berkata dalam kitab Al Hikam : 

اجتهادك فيما ضُمن لك، وتقصيرك فيما طُلب منك، دليل على انطماس البصيرة منك."

"Kesungguhanmu dalam mengejar hal-hal yang sudah dijamin untukmu (seperti rezeki), dan kelalaianmu dalam hal-hal yang diminta darimu (seperti ibadah dan ketaatan), adalah bukti kaburnya pandangan hatimu."

Maksudnya, manusia sering kali terlalu berfokus pada urusan duniawi yang sudah dijamin oleh Allah, seperti rezeki, tetapi lalai dalam kewajiban agama dan ketaatan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab mereka. Ini menunjukkan kekurangan dalam pemahaman dan pandangan batin yang benar.

3. Harta: Dari Mana Diperoleh dan Bagaimana Dibelanjakan

Harta merupakan ujian yang sering kali melalaikan manusia. Allah memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, dan setiap hamba akan ditanya tentang dua hal terkait harta: bagaimana ia memperolehnya dan ke mana ia membelanjakannya. Memperoleh harta dengan cara yang halal adalah kewajiban, sedangkan membelanjakannya di jalan yang benar adalah bentuk amanah. Apakah harta yang diperoleh digunakan untuk berinfaq, membantu sesama, dan mendukung kemaslahatan umum, ataukah hanya dihabiskan untuk kepentingan pribadi yang tidak bermanfaat. 

عَنْ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي المال

Terjemahannya: Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah bagi umatku adalah harta."

4. Tubuh: Untuk Apa Digunakan

Tubuh yang sehat adalah nikmat besar yang sering kali dilupakan oleh manusia. Setiap anggota tubuh adalah amanah yang harus digunakan untuk kebaikan. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana ia menggunakan kekuatan fisiknya: apakah untuk beribadah, membantu sesama, dan melakukan pekerjaan yang halal, atau justru tubuh tersebut digunakan untuk kemaksiatan dan hal-hal yang tidak diridhai Allah.

"ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ"

Artinya : Pada hari ini Kami tutup mulut-mulut mereka; tangan-tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang dahulu mereka usahakan." (QS. Yasin: 65)

Ayat ini menggambarkan suasana Hari Kiamat, ketika manusia tidak bisa lagi berbicara untuk membela diri atau berbohong. Sebaliknya, anggota tubuh mereka akan menjadi saksi atas segala perbuatan yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Ini merupakan peringatan keras bagi manusia agar berhati-hati dalam setiap tindakan, karena semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.