"Hakikat Kejadian Manusia: Dari Tanah Menuju Rahim yang Kokoh"

Berkata TGH. Ridwanullah dalam kitab Nazhom Majmu' Arridwany ( bait ke-2)
# وَهُوَ مِنْ تُرَابٍ إِنَّا مِنْ مَهِين
فِي بَطْنِ أُمِّنَا قَرَارٌ ومكِين
Artinya : “Dan Dia (Adam) berasal dari tanah, dan sungguh kami berasal dari (air) hina.
Di dalam perut ibu kami, kami berada pada tempat yang kokoh.”
Manusia Diciptakan dari Tanah
Syair ini mengingatkan asal mula manusia yang sangat sederhana dan rendah di mata makhluk: ( tanah). Allah menciptakan Nabi Adam AS dari tanah sebagai bentuk awal penciptaan manusia. Allah swt. berfirman :
"إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱلله كَمَثَلِ ءَادَمَ ۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٍۢ..."
“Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah…” (QS. Ali 'Imran: 59)
Didalam ayat yang lain Allah Berfirman ;
"وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ مِن سُلَـٰلَةٍۢ مِّن طِينٍۢ"
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah liat.” (QS. Al-Mu’minun: 12)
Imam Al-Qurthubi menyatakan, "Tanah adalah simbol kehinaan dan kerendahan, tetapi darinya Allah pancarkan kemuliaan manusia, menunjukkan kuasa-Nya untuk mengangkat derajat dari yang paling rendah."
"Kami dari Air yang Hina" – (مِنْ مَهِينٍ)
Kata "mahīn" dalam bahasa Arab berarti hina, lemah, tidak bernilai. Ini merujuk pada air mani — asal penciptaan manusia kedua setelah penciptaan Adam. Air ini sangat sederhana, namun dengannya Allah menciptakan kehidupan. Allah Berfirman :
"أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّآءٍۢ مَّهِينٍ"
“Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina?” (QS. Al-Mursalat: 20)
"خَلَقَ ٱلْإِنسَـٰنَ مِن نُّطْفَةٍۢ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌۭ مُّبِينٌۭ"
“Dia menciptakan manusia dari setetes mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS. An-Nahl: 4)
Manusia tidak layak sombong, karena asal penciptaannya begitu lemah dan hina. Hal ini mengajarkan kerendahan hati dan pengakuan akan kemahakuasaan Allah.
Di Dalam Rahim: “قَرَارٌ مَّكِينٌ” – Tempat Kokoh
Allah menempatkan manusia di dalam rahim ibunya, sebuah tempat yang tenang, kokoh, dan terjaga. Dalil Al-Qur’an:
"ثُمَّ جَعَلْنَـٰهُ نُطْفَةًۭ فِى قَرَارٍۢ مَّكِينٍۢ"
“Kemudian Kami menjadikannya air mani yang disimpan di tempat yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 13)
Kata “qarār” berarti tempat tinggal, dan “makīn” berarti kuat atau kokoh. Ini menunjukkan betapa rahim seorang ibu adalah tempat perlindungan yang penuh kasih sayang dan kekuatan biologis. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dalam tahapan penciptaan manusia, dimulai dari sesuatu yang hina, yakni setetes air mani, namun kemudian berkembang menjadi makhluk yang sempurna dengan tubuh, akal, dan ruh. Rahim menjadi simbol kasih sayang dan kekuasaan Ilahi, tempat yang aman dan kokoh yang Allah pilih untuk menjadi wadah awal kehidupan manusia.
Ayat ini mengajarkan kita untuk merenungi asal-usul diri agar tidak sombong dan senantiasa rendah hati, karena kita berasal dari sesuatu yang lemah. Selain itu, ayat ini juga mengandung isyarat ilmiah yang kini terbukti: bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari nuthfah di dalam rahim, sebuah tempat yang sangat terlindungi dan cocok untuk proses pembentukan kehidupan.
Hikmah dan Pelajaran
● Kita berasal dari sesuatu yang hina — maka jangan pernah menyombongkan diri.
Contoh: Seorang pemimpin yang bijak tak pernah menyombongkan status, sebab ia sadar bahwa asalnya hanyalah tanah dan mani.
● Kehidupan manusia tidak terjadi sembarangan — Allah yang menempatkan, menjaga, dan membesarkan dalam rahim.
Contoh: Seorang ibu yang mengandung dengan sabar dan merawat anak sejak dalam kandungan adalah bukti nyata kasih sayang dan kuasa Allah.
● Tauhid dan ketundukan kepada Allah lahir dari mengenal asal diri.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Hasan Al-Bashri:
"Cukuplah bagi manusia sebagai pelajaran, bahwa ia diciptakan dari sesuatu yang hina, lalu akan menjadi bangkai yang busuk."
Olehkarena itu Dengan merenungi syair ini, mari kita:
● Bersyukur kepada Allah
● Menghormati ibu
● Merendahkan hati
● Meneguhkan tauhid
"وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ"
“Dan pada diri kalian sendiri, apakah kalian tidak memperhatikan?” (QS. Az-Zariyat: 21)