Makna dan Hikmah di Balik Surah Al-Isra Ayat 71

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 0
  • Dibaca 559 Kali
Pengajian di masjid fathul muin dasger pande

Makna dan Hikmah di Balik Surah Al-Isra Ayat 71

> يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا

"(Ingatlah) pada hari ketika Kami memanggil setiap umat dengan pemimpinnya; barang siapa yang diberikan kitabnya di tangan kanannya, maka mereka akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun." (QS. Al-Isra: 71)

Dalam ayat tersebut, kata "إِمَامِهِمْ" (imāmihim) memiliki beberapa penafsiran dalam tafsir klasik maupun modern. Secara umum, kata "imam" di sini dapat bermakna sebagai pemimpin, pedoman, atau catatan amal yang menjadi rujukan bagi setiap orang pada hari kiamat.

Berikut beberapa penafsiran dari ulama tafsir mengenai makna "imam" dalam ayat ini:

1. Pemimpin atau Tokoh yang Diikuti

Sebagian ulama menafsirkan "imam" sebagai pemimpin atau tokoh yang diikuti oleh setiap umat. Mereka yang mengikuti pemimpin yang benar akan dipanggil bersama pemimpin yang membawa kebenaran, sementara yang mengikuti pemimpin yang sesat akan dipanggil bersama pemimpin yang sesat pula. Jadi, setiap umat akan dipanggil berdasarkan siapa yang menjadi panutannya di dunia.

2. Kitab atau Catatan Amal

Penafsiran lain menyebutkan bahwa "imam" di sini berarti kitab catatan amal yang berisi perbuatan manusia selama hidupnya. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa "imam" dapat berarti sesuatu yang menjadi pedoman atau acuan, dalam hal ini adalah buku catatan amal yang akan dibuka pada hari kiamat dan akan menentukan nasib seseorang.

3. Kitab Suci yang Diturunkan kepada Mereka

Tafsir lain menafsirkan "imam" sebagai kitab suci yang diwahyukan kepada setiap umat, misalnya Al-Qur'an bagi umat Islam, Taurat bagi umat Yahudi, atau Injil bagi umat Nasrani. Setiap umat akan dipanggil bersama kitab yang menjadi pedoman hidup mereka, dan kitab tersebut akan menjadi saksi atas amalan yang mereka lakukan.

4. Nabi atau Rasul yang Menjadi Pembimbing Umatnya

Beberapa ulama juga menafsirkan bahwa "imam" dapat bermakna nabi atau rasul yang diutus untuk membimbing setiap umat. Pada hari kiamat, umat akan dipanggil bersama nabi atau rasul yang diutus kepada mereka, dan rasul tersebut akan menjadi saksi bagi umatnya.

Hikmah dari Penafsiran "Imam" di Hari Kiamat

Penafsiran tentang "imam" memberikan hikmah dan peringatan bagi setiap manusia tentang pentingnya memilih pedoman hidup yang benar. Berikut adalah beberapa hikmah yang dapat kita petik:

1. Berhati-hati dalam Memilih Pemimpin dan Panutan Karena pemimpin berperan besar dalam membimbing pengikutnya, penting bagi umat Islam untuk memilih pemimpin yang berpegang pada kebenaran. Apa yang dilakukan pemimpin akan memengaruhi umatnya, dan di hari kiamat, umat akan bertanggung jawab atas pilihan pemimpin yang mereka ikuti.

2. Mencermati Amal Perbuatan yang Dicatat dalam Kitab Amal Jika "imam" di sini adalah kitab amal, maka manusia harus menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dicatat. Amal itu kelak akan ditampilkan sebagai bukti yang akan menentukan nasibnya di akhirat. Oleh karena itu, penting untuk terus memperbaiki amal agar kelak catatan yang diterima adalah amal yang baik.

3. Menjadikan Kitab Suci sebagai Pedoman Hidup Bagi seorang Muslim, Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi petunjuk hidup. Menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman berarti berpegang teguh pada ajaran yang mengarahkan kepada kebaikan dan keberhasilan di dunia serta akhirat.

4. Mengikuti Sunnah Para Nabi dan Rasul Jika "imam" diartikan sebagai nabi atau rasul, maka penting bagi umat untuk mengikuti sunnah dan ajaran yang ditinggalkan para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW. Sunnah beliau adalah contoh nyata bagaimana menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Allah.