Penyesalan Penghuni Neraka dan Kehilangan Kesempatan Bertemu Allah.

Kitab Mukasyafatul qulub 150
وعَنِ الحَسَنِ قال: "يخرجُ من النَّارِ رجلٌ بعدَ ألفِ عام، وَلَيْتَنِي كُنتُ ذَلكَ الرَّجل." ورُوِيَ أنَّ الحَسَنَ رضي اللهُ عنه كانَ جالسًا في زاويةٍ وهو يَبْكِي، فقِيلَ له: لمَ تَبْكِي؟ فقالَ: "أخْشَى أنْ يُطْرَحَنِي في النَّارِ ولا يُبَالي." وهذِه أصْنافُ عذابِ جَهَنَّمَ على الجُمْلَةِ وتَفْصِيلُ هُمُومِها وأحْزَانِها ومِحَنِها وحَسَرَاتِها لا نِهَايَةَ لَهُ، فأعْظَمُ الأُمُورِ عَلَيْهِم ما يُلَاقُونَهُ من شِدَّةِ العَذابِ حَسْرَةُ فَوْتِ نَعِيمِ الجَنَّةِ، وفَوْتِ لِقَاءِ اللهِ تَعَالَى، وفَوْتِ رِضَاهُ، معَ عِلْمِهِمْ بأنَّهُمْ بَاعُوا كُلَّ ذلكَ بثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ، إذْ لَمْ يَبِيعُوا ذَلكَ إلا بِشَهْوَةٍ حَقِيرَةٍ في الدُّنْيَا أيَّامًا قَلِيلَةً، وكانَتْ غيرَ صَافِيَةٍ، بل كانَتْ مُكَدَّرَةً مُنَغَّصَةً قَوْسِيمَةً. ويقولونَ في أنْفُسِهِمْ: "وَا حَسْرَتَاهُ كَيْفَ أَهْلَكْنَا أنْفُسَنا بِعِصْيَانِ رَبِّنا؟ وكَيْفَ لَمْ نُكَلِّفْ أنْفُسَنا الصَّبْرَ أيَّامًا قَلَائِلَ؟ ولَوْ صَبَرْنَا لكانَتْ انْقَضَتْ عنَّا أيَّامُهُ، وبَقِينَا الآنَ في جِوَارِ رَبِّ العَالَمِينَ مُتَنَعِّمِينَ بِالرِّضَا والرِّضْوَانِ." فَيَا الحَسْرَةَ على هَؤُلَاءِ، وقَدْ فَاتَهُمْ ما فَاتَهُمْ، وبُلُوا بما بُلُوا بِهِ، ولَمْ يَبْقَ مَعَهُمْ شَيْءٌ من نَعِيمِ الدُّنْيَا ولَذَّاتِهَا. ثُمَّ إنَّهُمْ لو لَمْ يُشَاهِدُوا نَعِيمَ الجَنَّةِ لمْ تَعْظُمْ حَسْرَتُهُمْ، لكِنَّهَا تُعْرَضُ عَلَيْهِمْ
Dalam kehidupan dunia yang sementara, banyak manusia yang sering kali tergoda oleh kenikmatan sesaat, mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya. Namun, di akhirat kelak, kesenangan dunia tersebut akan tampak begitu remeh dan tidak berarti dibandingkan dengan kenikmatan surga. Penyesalan terbesar yang dirasakan penghuni neraka adalah terhalang dari rahmat Allah, kehilangan kesempatan melihat wajah-Nya, serta tidak dapat merasakan kebahagiaan abadi yang dijanjikan-Nya. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang siksa neraka dan penyesalan yang dirasakan oleh para penghuninya.
1. Ketakutan Orang Beriman Terhadap Siksa Neraka
Salah satu ulama besar, al-Hasan al-Bashri, menggambarkan ketakutannya terhadap siksa neraka. Beliau mengatakan, "Seorang laki-laki akan dikeluarkan dari neraka setelah seribu tahun, dan aku berharap bisa menjadi orang itu." Beliau bahkan pernah menangis saat duduk di sudut, dan ketika ditanya alasan tangisannya, beliau menjawab, "Aku takut Allah melemparkanku ke dalam neraka tanpa peduli." Ini menunjukkan bahwa orang-orang beriman yang saleh sangat takut akan murka Allah, dan memiliki kesadaran mendalam tentang siksa akhirat yang menanti mereka yang lalai.
2. Siksa Terbesar: Terhalang dari Melihat Allah swt.
Bagi orang beriman, nikmat tertinggi adalah bertemu dengan Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Terhalang dari melihat wajah Allah adalah penderitaan terbesar yang dirasakan penghuni neraka, melebihi siksaan fisik apapun. Ini adalah bentuk penyesalan mendalam karena kehilangan kenikmatan yang abadi.
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW menggambarkan suasana yang akan dialami oleh setiap manusia di akhirat:
عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ، فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ".
"Sesungguhnya Allah berbicara kepada setiap manusia, tanpa ada penerjemah di antara mereka. Ia melihat ke kanan, dan yang ia lihat hanyalah amalnya, kemudian ia melihat ke kiri, dan yang ia lihat hanyalah amalnya, dan ia melihat ke depan, maka yang ia lihat hanyalah neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar penyesalan bagi orang-orang yang dihadapkan pada kenyataan amal buruk mereka. Ketika mereka menoleh ke kanan dan kiri, hanya amal-amal buruk yang terlihat, dan ketika mereka melihat ke depan, yang tampak hanyalah neraka.
4. Keadaan Mereka yang Menjual Kenikmatan Surga Demi Kesia-siaan Dunia
Para penghuni neraka merasakan penyesalan yang mendalam karena kehilangan kenikmatan abadi surga dan keridhaan Allah. Mereka merasa bahwa kesenangan yang mereka kejar di dunia hanyalah untuk memuaskan hawa nafsu sesaat yang tidak sebanding dengan kenikmatan abadi di akhirat. Allah menggambarkan bagaimana penyesalan ini mereka rasakan:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, 'Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.' (QS. Al-Ahzab: 66)
Mereka menyadari bahwa seandainya mereka bersabar dan taat kepada Allah, niscaya mereka akan mendapat kebahagiaan kekal. Akan tetapi, di saat penyesalan itu datang, tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri.
5. Pelajaran yang Bisa Kita Ambil
Kisah dan dalil-dalil di atas memberi kita pelajaran penting bahwa ketakwaan dan ketaatan kepada Allah adalah hal utama dalam kehidupan. Dunia adalah tempat ujian, di mana manusia harus bersabar dan berusaha menjauhi segala bentuk perbuatan yang dilarang. Sebagai umat yang beriman, hendaknya kita: Selalu mengingat akhirat, Mendekatkan diri kepada Allah, serta bersabar dan bersyukur.
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu berusaha menjauhi kemaksiatan dan meraih ridha-Nya, serta dimasukkan ke dalam surga-Nya yang abadi. Aamiin.