Syukur atas Penciptaan dan Asal Usul Kemanusiaan

  • TGH. Hardiyatullah, M.Pd
  • Disukai 2
  • Dibaca 472 Kali
Ngaji

Berkata Syekh Ridwanullah dalam kitab Nazhm Majmu' Arridwany ( Bait ke-1)

 "ٱلْـحَمْدُ لِله ٱلَّذِي خَلَقَنَا # مِنْ آدَمَ مَعَ حَوَّاءَ أُمِّنَا"

"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kita, dari Adam bersama Hawa, ibu kita."

Mukadimah

Syair ini membuka ruang kesadaran akan hakikat penciptaan manusia. Bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari sepasang insan pertama: Nabi Adam AS dan Siti Hawa AS. Kalimat ini bukan hanya pengakuan asal usul biologis, tapi juga peneguhan tauhid — bahwa pencipta kita satu, dan asal kita satu.

Allah-lah Pencipta Manusia

Firman Allah dalam Al-Qur’an:

"ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ"

“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Fatihah: 2)

Syair ini diawali dengan “Alhamdulillah”, menunjukkan rasa syukur atas penciptaan kita sebagai makhluk hidup, sebagai manusia, dan lebih khusus lagi sebagai anak keturunan dari Adam dan Hawa. Dalam Islam, memuji Allah adalah bagian dari akhlak dan ibadah yang paling utama, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

"أفضل الذكر: لا إله إلا الله، وأفضل الدعاء: الحمد لله."

“Zikir terbaik adalah ‘Laa ilaaha illallah’, dan doa terbaik adalah ‘Alhamdulillah’.” (HR. Tirmidzi).

Dalam konteks ilmu kalam, Pujian sering diklasifikasikan oleh ulama'. Termasuk Syaikh Ibrahim al-Laqqani dalam "Jawharatut Tauhid", sebuah matan tauhid yang populer di kalangan pesantren. Beliau membaginya menjadi empat macam. 

1. Puji Qadim li Qadim (قديم لقديم)

Artinya: Pujian dari Dzat yang Qadim kepada Dzat yang Qadim.

Contoh: Firman Allah memuji Diri-Nya sendiri, seperti dalam ayat:  "إن الله كان عليماً حكيماً"

"Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Ini adalah pujian Allah terhadap Diri-Nya. Karena Allah Maha Qadim dan yang dipuji juga Dzat-Nya sendiri yang Qadim, maka disebut qadim li qadim.

2. Puji Qadim li Hadits (قديم لحديث)

Artinya: Pujian dari Dzat yang Qadim kepada yang Hadits (makhluk).

Contoh: Firman Allah memuji para nabi dan orang-orang saleh. Misalnya:

"وإنك لعلى خلق عظيم"

"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung."

Ini adalah pujian dari Allah (Qadim) kepada Nabi Muhammad (makhluk/Hadits), maka termasuk qadim li hadits.

3. Puji Hadits li Qadim (حادث لقديم)

Artinya: Pujian dari yang Hadits (makhluk) kepada Dzat yang Qadim. Contoh: Pujian hamba kepada Allah, seperti ucapan:

 "سبحان الله والحمد لله"

Ini adalah pujian makhluk (yang hadits) kepada Allah (yang Qadim), maka disebut hadits li qadim.

4. Puji Hadits li Hadits (حادث لحديث)

Artinya: Pujian dari makhluk kepada makhluk lain. Contoh: Ketika seorang hamba memuji Nabi, ulama, atau sesama manusia, seperti ucapan:

"Al-Imam Syafi’i adalah ulama yang agung dan cerdas."

Pujian ini berasal dari makhluk kepada makhluk lain, maka disebut hadits li hadits.

Kita Diciptakan dari Adam dan Hawa

Allah SWT menjelaskan penciptaan Adam dan Hawa dalam firman-Nya:

 "يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍۢ وَٰحِدَةٍۢ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًۭا وَنِسَآءًۭ"

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu jiwa (nafsin wahidah), dan darinya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 1)

Ayat ini dengan jelas menyebutkan bahwa seluruh umat manusia berasal dari Nabi Adam AS sebagai jiwa pertama, dan dari tulang rusuknya Allah menciptakan pasangannya, yaitu Siti Hawa AS.

Menurut Imam Al-Qurthubi dan Ibn Katsir, maksud “nafsin wahidah” adalah Adam AS, dan Hawa diciptakan dari bagian tubuhnya — sebagai bentuk hikmah untuk menunjukkan bahwa manusia adalah satu kesatuan, bukan makhluk yang saling bertentangan.

Hawa: Ibu Umat Manusia

Syair ini menyebut Hawa sebagai "Ummuna" — ibu kita semua. Sebuah pengakuan bahwa manusia terlahir bukan dari ketidaksengajaan, tetapi dari sistem penciptaan yang penuh rahmah dan hikmah.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

 "كلكم من آدم، وآدم من تراب."

“Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah.” (HR. Abu Dawud)

Dengan mengingat bahwa ibu pertama kita adalah Hawa, maka penting pula mengingat kehormatan wanita, peran ibu, serta fondasi keluarga sebagai poros peradaban. Dalam Islam, ibu mendapat posisi agung. Rasulullah bersabda:

جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله، من أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال: أمك. قال: ثم من؟ قال: أمك. قال: ثم من؟ قال: أمك. قال: ثم من؟ قال: أبوك. (رواه مسلم)

Artinya:

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ayahmu.” (HR. Muslim)

Tiga kali menyebut “ibumu” menunjukkan betapa besar jasa dan pengorbanan ibu, terutama dalam: Mengandung, Melahirkan, Menyusui dan membesarkan. Sedangkan Ayah disebut setelah ibu, karena walau ayah memiliki tanggung jawab besar, pengorbanan fisik dan emosional ibu lebih nyata di awal kehidupan anak. Dan Hadis ini sering menjadi dalil utama dalam menjelaskan keutamaan berbakti kepada orang tua, dengan ibu sebagai prioritas utama.

Pesan Tauhid dan Persaudaraan

Dari satu ayah dan ibu, maka semua manusia adalah saudara secara fitrah. Tidak ada keunggulan satu ras atas ras lain, tidak pula antara bangsa, warna kulit, atau status sosial, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam Haji Wada’:

"يا أيها الناس، إن ربكم واحد، وإن أباكم واحد، كلكم لآدم، وآدم من تراب..."

"Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu. Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam dari tanah..." (HR. Ahmad)

Kesimpulan

Syair ini bukan hanya susunan kata yang indah, tapi juga madrasah akidah yang mengajarkan:

● Syukur kepada Allah atas penciptaan kita.

● Keimanan kepada proses penciptaan dari Adam dan Hawa.

● Kesadaran akan kesamaan nasab seluruh manusia.

● Peringatan agar tidak sombong dan tidak rasis.

● Menumbuhkan rasa cinta dan hormat pada ibu dan perempuan.