manusia merasakan waktu secara subjektif berdasarkan suasana hati dan pengalaman hidupnya. Malam diibaratkan sebagai mata air yang menyegarkan sekaligus mengalirkan usia manusia, di mana panjang atau pendeknya waktu dirasakan tergantung pada kebahagiaan atau kesedihan yang dialami.
Kesombongan adalah penghalang terbesar dalam perjalanan menuju kebenaran. Ia mencemari hati, mengurangi akal, dan menjauhkan manusia dari rahmat Allah. Oleh karena itu, penting bagi setiap insan untuk selalu introspeksi diri, menjaga hati dari penyakit kesombongan, dan memperbanyak doa agar senantiasa diberi keikhlasan dan kerendahan hati.
Kesimpulan Nasihat ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa penampilan fisik, kekuatan tubuh, dan masa muda adalah hal yang sementara. Yang lebih penting adalah menjaga hati dan memperbaiki amal perbuatan kita. Hanya dengan hati yang bersih dan amal yang baik kita dapat meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. ( Kitab Mukasyafatul qulub 158)
Dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Al-Masih (Isa عليه السلام) dan Rasulullah ﷺ, kita belajar bahwa akhlak yang mulia adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Ilmu yang bermanfaat seharusnya membuat kita semakin rendah hati, dan akhlak yang baik mendekatkan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, sifat-sifat buruk seperti kesombongan, ketamakan, dan berbicara berlebihan menjauhkan kita dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kita semua harus menyadari, bahwa sebesar apapun kehebatan dan kekuasaan kita di dunia ini, akhirnya kita semua akan kembali kepada Allah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kesadaran untuk menjauhi sifat sombong dan mengingat kematian sebagai akhir perjalanan hidup di dunia.
Kisah batu yang menangis memberikan kita pemahaman mendalam bahwa tangisan bukan sekadar ekspresi emosi, melainkan juga cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tangisan karena takut kepada Allah menghapus dosa-dosa, sementara tangisan karena syukur mendekatkan kita pada kasih sayang dan rahmat-Nya. Sebagaimana hati seorang hamba bisa menjadi keras seperti batu, tangisan yang tulus akan membuatnya kembali lembut. Semoga kita bisa menjadikan tangisan karena takut dan syukur sebagai bagian da